Jelang Idul Adha MPM Muhammadiyah Beri Pencerahan Tentang Virus PMK dan LDS

Jumat, 02 Juni 2023 08:12 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

IMG-20230602-WA0006.jpg
Jelang Idul Adha MPM sarasehan Tentang Virus PMK dan LDS (Istimewa )

SLEMAN (Soloaja.co) - Menjelang hari raya Idul Adha, kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak belum selesai, peternak kini dikhawatirkan dengan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease  (LSD) Virus atau beken disebut Lato-lato.

Oleh karena itu, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah memberikan pencerahan kepada peternak terkait dengan penyakit tersebut pada hari minggu, 28 Mei 2023.

Pencerahan tersebut dilakukan oleh MPM melalui SARASEHAN GEGER TERNAK Wabah Virus PMK & LSD Sapi Lato-Lato Serta Keabsahan Hewan Qurban, secara daring dan luring.

Dari perspektif kesehatan hewan, MPM menghadirkan drh. Yuriadi yang merupakan praktisi dan dokter hewan, Prof. Ali Agus guru Besar Fakultas Peternakan UGM dan Dewan Pakar MPM Pusat, serta dari perspektif keagamaan ada Ruslan Fariadi, Ketua Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Drh Yuriadi menyampaikan, tanda-tanda hewan ternak sapi, kambing maupun kerbau yang terserang virus LSD memiliki gejala munculnya benjolan di kulit, mulai dari level ringan sampai berat. Pada level yang berat, sampai terjadi penebalan kulit yang terinfeksi virus LSD.

“Itu kalau dilakukan pengulitan pada hewan kurban, terjadi kemerahan di daging bawah kulit, bukan hanya kemerahan sampai juga kebiruan. Bahkan juga ada yang sudah mengalami busuk karena sudah ada belatungnya,” ucapnya.

Dari tinjauan medis, hewan ternak yang terinfeksi virus LSD atau Lato-lato masih bisa dikonsumsi dagingnya setelah melalui proses pemasakan yang benar, namun pada bagian-bagian daging yang telah rusak karena terinfeksi virus sudah tidak bisa dikonsumsi lagi.

Dewan Pakar MPM Pusat Prof Ali Agus menyoroti dari sisi sosial-ekonomi, bahka merebaknya virus PMK dan LSD ini akan menyebabkan kerugian bagi peternak. Untuk mencegah kerugian, Prof. Ali Agus menyarankan supaya dilakukan pendekatan untuk penyembuhan ternak yaitu melalui medik veteriner dan perbaikan nutrisi.

Sementara itu, ditinjau dari pendektan agama untuk persiapan hewan kurban, Ruslan Fariadi menyebutkan bahwa ada dua kriteria hewan kurban yaitu secara fisik dan umur yang cukup yaitu untuk unta berusia 5 tahun, sapi 2 tahun, dan kambing 1 tahun.

Dalam pandangan Majelis Tarjih Muhammadiyah, setidaknya terdapat empat pantangan hewan kurban yaitu hewannya tidak buta, sakit, pincang dan kurus kering. Merujuk Rasulullah SAW, Ruslan menyebut, jika penyakit hanya berupa bintik-bintik dan tidak menyebabkan hewan sakit parah maka itu diperbolehkan.

“Rasulullah itu fatanah, cerdas betul. Bahwa penyakit apapun yang kalau secara ahlinya mengatakan ‘ini berbahaya jika dikonsumsi’ maka sudah masuk kalimat bayyanah mardhuha (hewan yang sakit).” Ungkapnya.

Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamien menambahkan, gerakan ini diharapkan sebagai langkah penyadaran dan pencerahan bagi para peternak di Indonesia. Dalam pandangannya, peternak di Indonesia kerap kali dihadapkan dengan persoalan di luar jangkauan dirinya, baik dari sisi regulasi sampai persoalan alami.

“Karena itu ada, maka sikap kita adalah bagaimana menghadapi masalah itu, dan memperkecil sedemikian rupa dampaknya pada kehidupan kita.” Tegas Yamien.

Merebaknya virus yang menyerang hewan ternak, imbuh Yamien, bukan hanya berimbas pada kesehatan hewan saja, tetapi juga pada sosial-ekonominya. Lebih-lebih menjelang hari Raya Iduladha, imbas wabah ini begitu terasa dirasakan oleh peternak-peternak kecil.