Kesehatan
Rabu, 20 Maret 2024 17:25 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Puasa menuntut tubuh agar dapat menahan rasa lapar dan haus dalam waktu yang lama. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa menahan rasa lapar dan haus merupakan hal yang sulit. Hal ini karena manusia secara alami memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
Selama bulan puasa, ada pula perubahan pada jam tidur dan pola makan dapat memengaruhi kesehatan tubuh kita. Tubuh harus beradaptasi dengan perubahan ini untuk tetap efisien dalam menjalankan fungsinya.
Namun, ada celah-celah tertentu yang bisa membuat kita lebih rentan terhadap masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali masalah-masalah ini dan bagaimana cara mengatasinya agar ibadah puasa kita tetap lancar.
Berikut masalah Kesehatan selama puasa dan cara mengatasinya:
Penyebab utama:
Penyebab utama sariawan dan bau mulut saat berpuasa adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap radang dan infeksi. Selama berpuasa, karena tidak mengkonsumsi makanan dan minuman, bakteri dapat berkembang dengan lebih mudah di dalam mulut, mengubah keseimbangan mikroflora.
Selain itu, meningkatnya asam lambung juga dapat menyebabkan bau mulut dan sariawan, karena asam lambung yang tinggi dapat mengiritasi membran mukosa saluran cerna, memicu peradangan. Bakteri tertentu yang berkembang di mulut juga dapat menjadi penyebab bau mulut.
Cara Mencegah:
Penting untuk memperhatikan kebersihan gigi dan mulut. Sikat gigi secara teratur saat sahur dan sebelum tidur untuk menjaga kebersihan mulut dan mencegah penumpukan plak. Gunakan juga dental floss untuk membersihkan sela-sela gigi secara menyeluruh.
Pastikan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh saat sahur dan berbuka, karena mulut yang kering dapat memicu bau mulut. Hindari makanan yang dapat menyebabkan bau mulut berlebihan seperti bawang, keju, daging merah, dan susu.
Penyebab utama:
Masalah kesehatan yang sering muncul selama bulan puasa biasanya masalah pencernaan dan penyakit metabolik. Salah satunya adalah maag, ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yatu, maag organik, yang disebabkan oleh kondisi kesehatan seperti luka lambung, tumor, atau polip. Sementara maag fungsional, timbul akibat kebiasaan makan yang tidak teratur, menyebabkan iritasi pada mukosa lambung.
Salah satu penyebab terjadinya maag saat bulan puasa adalah kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan manis secara berlebihan saat berbuka puasa. Kebiasaan ini dapat membuat lambung terkejut setelah berpuasa selama 12 jam, dan seiring waktu dapat menyebabkan iritasi.
Cara Mencegah:
Penting untuk memperhatikan menu makanan yang dikonsumsi. Hindari makanan yang terlalu asam, pedas, tinggi lemak, dan berminyak karena berpotensi mengiritasi lambung. Selain itu, hindari juga makanan yang mengandung banyak gas dan kafein karena dapat meningkatkan produksi asam lambung secara berlebihan saat berpuasa.
“Pastikan juga Anda tidak skip makan sahur. Sebab, ini dapat mencegah peningkatan asam lambung berlebih selama puasa,” tukas Christina Andhika S,S.Gz, RD, seorang ahli gizi teregistrasi sekaligus pengurus Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
Penyebab utama:
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya rasa pusing dan sakit kepala selama berpuasa. Beberapa di antaranya adalah tekanan darah tinggi atau rendah, tingginya kadar kolesterol, gula darah rendah, dehidrasi, kelelahan, dan perubahan pola tidur.
Selain itu, kekurangan vitamin neurotropik seperti vitamin B12, B1, dan B6 dalam tubuh juga dapat menyebabkan pusing dan sakit kepala.
Cara Mencegah:
Untuk mengatasi pusing dan sakit kepala akibat pola tidur dan kelelahan, berikan tubuh kesempatan untuk istirahat. Contohnya, manfaatkan waktu istirahat makan siang untuk tidur sebentar selama 15 menit agar tubuh menjadi segar kembali. Tingkatkan juga asupan makanan yang mengandung vitamin B1, B6, dan B12 seperti pisang, alpukat, mangga, dan blueberry.
Jika memiliki riwayat tekanan darah rendah atau tinggi serta masalah kolesterol, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai puasa. Ini akan membantu mencegah gangguan aktivitas ibadah akibat gejala tersebut. Penanganan dan dosis pengobatan yang tepat diperlukan untuk mengendalikan kondisi tersebut dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Penyebab utama:
Penyebab sembelit cukup beragam, mulai dari kurangnya asupan serat dan cairan, terlalu banyak mengonsumsi produk susu, hingga mengonsumsi makanan yang digoreng, berminyak, dan tinggi lemak seperti gorengan. Asupan serat yang kurang dari 15 gram per hari, juga dapat meningkatkan risiko terkena sembelit.
Cara Mencegah:
Pilihlah makanan yang kaya nutrisi dan tinggi serat. Serat alami dapat ditemukan dalam sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Superfood seperti chia seed juga dapat menjadi tambahan yang baik untuk memenuhi kebutuhan serat saat berpuasa.
Penting juga untuk minum cukup air putih agar sistem pembuangan tubuh tetap lancar. Air membantu melarutkan zat makanan dan mengangkut sisa makanan. Untuk mengurangi risiko perut kembung, aturlah konsumsi air putih dengan pola 2 gelas saat berbuka, 4 gelas di malam hari, dan 2 gelas saat sahur. Hindari mengganti asupan cairan dengan minuman bersoda, terlalu manis, atau berkafein.
Penyebab utama:
Diare saat berpuasa bisa disebabkan oleh proses detoksifikasi tubuh yang berlangsung. Ini umumnya terjadi sekitar 10 hari setelah berpuasa. Selain itu, diare juga dapat disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi oleh virus, parasit, atau bakteri.
Pola makan selama puasa dapat membuat sistem pencernaan lebih sensitif dari biasanya, yang juga dapat menjadi faktor penyebab diare. Konsumsi makanan yang terlalu asam atau pedas saat sahur dan berbuka juga dapat memicu diare. Masalah kesehatan ini juga rentan menyerang mereka yang memiliki alergi makanan atau obat-obatan serta intoleransi laktosa.
Cara Mencegah:
Selalu pastikan kebersihan setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi. Lebih baik untuk mempersiapkan makanan dan minuman sendiri untuk memastikan kualitasnya. Hindari makanan yang bisa memicu diare, dan pastikan untuk mencuci tangan sebelum makan.
Kalian juga bisa mengonsumsi probiotik seperti yogurt (pilih yang plain) saat sahur dan berbuka untuk menjaga keseimbangan bakteri baik dalam sistem pencernaan dan mengurangi risiko diare. Jika mengalami diare yang tak kunjung sembuh, segera konsultasikan ke dokter.
Penyebab utama:
Gastroesophageal reflux disease (Gerd), sering kali ditandai sensasi panas membakar di area dada (heartburn), mual, muntah, sakit tenggorokan, sulit menelan, dan terkadang gangguan pernapasan seperti batuk atau sesak napas.
Penyebab utama gerd adalah melemahnya katup kerongkongan bagian bawah (sfingter), yang seharusnya berfungsi sebagai penghalang antara kerongkongan dan lambung, sehingga memudahkan aliran kembali dari asam lambung ke kerongkongan. Ini dapat mengiritasi kerongkongan secara berulang jika dibiarkan tidak diatasi dengan serius.
Cara Mencegah:
Hindari makanan terutama makanan berat menjelang tidur, dan hindari kebiasaan berbaring setelah makan. Hal ini bertujuan untuk mencegah naiknya asam lambung ke kerongkongan. Sebaiknya makan dua hingga tiga jam sebelum tidur agar sistem pencernaan dapat bekerja dengan baik.
Saat berbuka, makan dalam porsi yang cukup agar asam lambung tidak meningkat secara tiba-tiba. Selain itu, kunyah makanan secara perlahan untuk memastikan makanan mencapai lambung dengan baik dan tidak memberatkan sistem pencernaan.
Itulah beberapa masalah Kesehatan selama puasa dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat!
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 16 Mar 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 20 Mar 2024
Bagikan
Kesehatan
5 hari yang lalu