Gus Nabil Haroen
Minggu, 27 November 2022 16:05 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi
SUKOHARJO (Soloaja.co) – Ancaman Stunting atau terhambatnya perkembangan fisik dan penurunan fungsi kognitif anak, masih juga terjadi. Di Kabupaten Sukoharjo, angka stunting Tahun 2020 sebesar 7,33% dan hasil penimbangan serentak pada tahun 2021, angka stunting mengalami penurunan menjadi sebesar 7,11%. Meskipun turun, namun upaya terus menekan angka tersebut masih gencar dilakukan.
Seperti disampaikan Kepala DPPKBP3A Kabupaten Sukoharjo, Ir Proboningsih, yang menyatakan Pemkab Sukoharjo terus menjadikan upaya mencegah stunting menjadi prioritas program, termasuk upaya mencegah penyebabnya yakni pernikahan dini.
“Pemkab Sukoharjo konsisten dengan upaya menekan stunting. Hal itu dibuktikan dengan kesepakatan dalam ‘Rembuk Stunting’ merupakan forum resmi melibatkan semua unsur mulai dari Muspika dan Forkopimda Sukoharjo. Tujuannya adalah menekan angka kasus stunting dan berusaha melakukan penanganan kasus stunting.” Ungkap Proboningsih dalam acara Konsolidasi Dengan Pemangku Kebijakan Tingkat Daerah (Kemitraan) yang digelar BKKBN dengan Anggota DPRRI M. Nabil Haroen, di Hotel Tosan Solobaru, Minggu 27 November 2022.
Muchamad Nabil Haroen, anggota DPRRI dari Fraksi PDIP mengatakan masalah generasi muda penerus bangsa tidak boleh diabaikan, Negara harus hadir mendampingi, memberikan fasilitas dan menyiapkan mereka untuk mandiri dan kreatif memimpin bangsa ini kelak.
“Anak muda sekarang cenderung kreatif, karena banyak fasilitas digital. Namun Negara harus tetap waspada dan hadir memberikan fasilitas dan kesempatan kreatif untuk menjadikan mereka lebih berkualitas, salah satunya dengan program GENRE ini,” ungkap Gus Nabil Haroen, dihadapan kaum milenial peserta SOS BKKBN Konsolidasi dengan Pemangku Kebijakan Tingkat Daerah, di Syariah Hotel Solo, Sabtu, 26 November 2022
Diketahui, GENRE adalah program peningkatan kualitas generasi milenial yang dikembangkan oleh BKKBN dengan kelompok sasaran program, yaitu Remaja yang berusia 10-24 tahun tapi belum menikah. Mahasiswa/mahasiswi yang belum menikah.
Pada kesempatan tersebut, Gus Nabil yang hadir secara online menegaskan agar generasi muda tidak boleh parno (memiliki rasa tidak percaya diri yang berlebihan), dan sembrono, dalam memilih masa depannya sendiri.
“Anak muda sekarang cenderung kreatif, karena banyak fasilitas digital. Namun Negara harus tetap waspada dan hadir memberikan fasilitas dan kesempatan kreatif untuk menjadikan mereka lebih berkualitas, salah satunya dengan program GENRE ini,” ungkap Gus Nabil Haroen.
Gus Nabil bersama komunitas Omah Sambung ikut mengawal dan menyiapkan generasi muda dalam mengembangkan diri. Termasuk menyediakan hotline dan konsultasi bagi remaja selama 24 jam.
Nara sumber lain, dr Andri Putranto, menyampaikan dari sisi medis tentang pertumbuhan fisik dan kejiwaan muda mudi milenial yang rentan dengan pengaruh buruk, diantaranya hamil diusia muda.
Sosialisasi yang diikuti oleh kaum muda milenial ini juga menyampaikan soal bahaya pernikahan dini, dimana ada banyak factor yang terkadang luput dari perhatian kita, seperti persiapan mental bagi ibu dan ayah yang harus mengasuhg anak diusia muda, juga kesehatan secara fisik, seperti melambatnya pertumbuhan tulang untuk ibu muda.
Bagikan