PB XIV Terima Kunjungan Akademisi Diskusikan Manuskrip Hingga Hukum Adat

Kamis, 20 November 2025 21:45 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1001050092.jpg
PB XIV didampingi GKR Devi menerima tamu dosen muda Unwahas dan tamu Korea Selatan (Soloaja.co)

SOLO (Soloaja.co) – Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kembali menjadi pusat perhatian diplomasi budaya. Pada Selasa (18/11/2025), Sinuwun Pakoe Boewono (PB) XIV menyambut rombongan tamu istimewa, termasuk dosen muda dari Semarang dan perwakilan dari Korea Selatan, di Sasono Nalendra.

Rombongan tersebut dipimpin oleh Dr. Hetiyasari, SH., M.Kn, dosen Program Studi Ilmu Hukum Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. Sinuwun PB XIV didampingi oleh GKR Devi dan Juru Bicara (Jubir) PB XIV, KPA. Singonagoro, dalam pertemuan yang berlangsung hangat tersebut.

Budaya Harus Dicintai, Bukan Dipaksakan

Diskusi yang berbobot mencakup topik seputar manuskrip leluhur, adat istiadat Jawa, dan tantangan hukum adat kekinian. Menurut KPA. Singonagoro, Sinuwun PB XIV menitikberatkan pada tiga pesan penting:

* Digitalisasi Manuskrip: Sinuwun menaruh perhatian besar pada pelestarian melalui pengelolaan manuskrip tua. "Beliau berharap digitalisasi manuskrip ini dapat menjadi sarana pendidikan karakter bagi generasi sekarang," jelas KPA. Singonagoro.

* Masukan Lintas Generasi: Sinuwun berharap terus mendapat masukan dari generasi yang lebih tua maupun lebih muda. Hal ini diperlukan agar keraton dapat bergerak maju dan relevan di era masa kini.

* Pelestarian Tanpa Pemaksaan: Sinuwun menekankan bahwa pelestarian budaya harus dilakukan dengan pendekatan yang menarik, bukan memaksa. 

"Budaya itu tidak bisa memaksa orang untuk menyukai, tetapi bagaimana kita bisa membuat orang mencintai budaya tersebut,” terang Jubir PB XIV.

Ajak Milenial dan Gen Z Gabung Abdi Dalem

Juru Bicara PB XIV juga mengungkapkan bahwa Sinuwun PB XIV membuka peluang besar bagi generasi muda. Sinuwun berencana mengajak lebih banyak Milenial dan Gen Z bergabung sebagai Abdi Dalem, guna memastikan regenerasi budaya di Keraton Surakarta berjalan lebih segar, inklusif, dan berkelanjutan.

Dosen Unwahas, Dr. Hetiyasari, SH., M.Kn, menyampaikan rasa bangga dan kagumnya setelah berdiskusi dengan Sinuwun. Ia memuji visi kepemimpinan Sinuwun yang progresif.

“Ini kebanggaan bagi Surakarta dan Indonesia punya Raja Gen Z yang smart dan kemampuan akademiknya bagus,” ujarnya. “Sebuah diskusi singkat mengenai budaya, tradisi, adat istiadat, hukum, dan kemasyarakatan. Beliau sangat bijaksana, memiliki wawasan yang mendalam, dan terbuka terhadap masukan,” tambah Dr. Hetiyasari.

Kunjungan dosen muda Unwahas dan tamu dari Korea Selatan ini memperkuat sinyal bahwa Keraton Surakarta kini tidak hanya menjadi pusat budaya, tetapi juga simbol kolaborasi antar generasi dan antar bangsa, membuka peluang riset budaya dan diplomasi internasional.