Diserbu Pertanyaan Kritis Mahasiswa, Gubernur Jateng: Pemimpin Harus Jujur dan Melayani

Senin, 08 September 2025 23:28 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1000793636.jpg
Gubernur Lutfi menyapa mahasiswa baru Unimus semarang (Humas Jateng)

SEMARANG (Soloaja.co) - Kehadiran Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) pada Senin (8/9/2025) bukan sekadar acara seremonial. Di hadapan ribuan mahasiswa baru, ia justru dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tajam yang mencerminkan keresahan publik, terutama soal korupsi, intervensi kekuasaan, dan integritas pemimpin.

Unimus, melalui Rektor Masrukhi, mengundang Gubernur Luthfi untuk memberikan pidato inspiratif bagi mahasiswa baru. Namun, yang terjadi selanjutnya adalah sesi tanya jawab yang dinamis dan tak terduga.

Mahasiswa Berani 'Sentil' Isu Panas

Dua mahasiswa menjadi sorotan karena pertanyaan kritisnya. Aulia Dwi Puspita, mahasiswi Fakultas Kedokteran, secara blak-blakan menyinggung isu intervensi di pemerintahan. "Tadi kan membahas soal demokrasi dan kebetulan kemarin juga banyak demo. Menurut saya, di pemerintahan seperti ada pejabat yang dapat intervensi, terjadi juga pada wilayah saya. Bagaimana Bapak menanggapi terkait soal isu itu?" tanyanya lugas.

Tak kalah berani, Setiawan dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Humaniora (FIPH) menyuarakan ketidakpercayaan pemuda terhadap pemimpin yang dianggap korup. Ia bertanya, "Bagaimana agar mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa bisa menjaga integritas sejak dini?"

Gubernur Luthfi, alih-alih merasa terpojok, justru menyambut pertanyaan tersebut dengan antusias. Ia menyatakan kegembiraannya melihat mahasiswa yang kritis dan peduli. Ini, katanya, adalah bukti bahwa masa depan Jawa Tengah ada di tangan generasi muda yang siap mengguncang dunia, seperti yang pernah diucapkan Bung Karno.

Integritas Dimulai dari 'Kepala'

Menjawab pertanyaan soal integritas, Luthfi menggunakan analogi yang mudah dicerna: "ikan itu busuknya dari kepala." Pesan ini menekankan bahwa perubahan harus dimulai dari pimpinan tertinggi. Semua pemimpin di Jawa Tengah, dari tingkat provinsi hingga desa, harus menjadi teladan.

Luthfi menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jateng telah menerapkan merit system (sistem merit) untuk memastikan pejabat dipilih berdasarkan kapasitas dan kemampuan, bukan intervensi politik.

Ia juga menekankan pentingnya transparansi sebagai benteng anti-korupsi. "Kita sudah terbuka, di media sosial dan portal-portal yang dapat diakses oleh masyarakat. Transparansi anggaran dapat dilihat sehingga masyarakat dapat memberikan kritik dan masukan," ujarnya. "Ini langkah agar tidak ada korupsi, serta tidak terjadi main bawah meja, main amplop, dan main mata."

Kantor Gubernur adalah 'Rumah Rakyat'

Terkait intervensi dan keluhan masyarakat, Luthfi menegaskan bahwa pemimpin harus memiliki jiwa melayani dan membangun kepercayaan. Ia memastikan semua aspirasi, keluhan, dan kritik bisa diterima melalui berbagai saluran.

"Semua keluh kesah masyarakat kita layani. Kita membuka layanan aduan daring. Pengaduan langsung juga bisa ke kantor karena Kantor Gubernur adalah rumah rakyat, siapa pun boleh datang," jelasnya, menggarisbawahi komitmennya untuk menjadi pemimpin yang mudah dijangkau dan siap melayani.