Aktivis Jaga Lawu Tolak Proyek Panas Bumi di Gunung Lawu

Kamis, 02 Oktober 2025 07:44 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1000873681.jpg
Aktivis Jogo Lawu menyerukan penolakan proyek geothermal Gunung Lawu yang dinilai akan merusak ekosistem (Soloaja)

KARANGANYAR (Soloaja.co) - Rencana eksploitasi dan pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (geothermal) di kawasan Gunung Lawu menuai penolakan keras dari aktivis lingkungan dan budaya. Gerakan Jaga Lawu bahkan secara khusus meminta Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan proyek tersebut.

Konsisten Tolak Segala Bentuk Eksploitasi

Salah satu aktivis senior Forum Rakyat Peduli Gunung Lawu (FR-PGL) atau Jaga Lawu, Aan Shopuanuddin, menegaskan konsistensi kelompoknya menolak segala bentuk eksploitasi yang mengancam kelestarian kawasan konservasi tersebut.

Aan menjelaskan bahwa eksploitasi di Gunung Lawu berpotensi merusak ekosistem, lingkungan, dan menghancurkan warisan budaya.
“Sikap kami jelas menolak. Bukan hanya geothermal, tapi semua bentuk eksploitasi di Gunung Lawu. Kami konsisten. Bukan hanya itu, kami juga meminta dengan hormat Bapak Presiden Prabowo menghentikan proyek geothermal itu. Untuk apa dipaksakan?” kata Aan Shopuanuddin kepada wartawan, Rabu (1/10/2025).

Kekhawatiran Dampak Fracking dan Kerusakan Situs Budaya

Meskipun pemerintah berdalih bahwa pemanfaatan panas bumi dianggap ramah lingkungan, FR-PGL memiliki kajian bahwa proyek tersebut membawa dampak negatif besar.
Aan Shopuanuddin menyoroti proses pembuatan geothermal yang melibatkan pengeboran bumi dan penggunaan air bertekanan tinggi (fracking).

“Proses pembuatan Geothermal itu dilakukan dengan mengebor bumi, kemudian menggunakan air bertekanan tinggi disemprotkan ke dalam. Itu mengakibatkan fracking. Air akan mencari rekahan dan menimbulkan kerusakan di bawah tanah yang tidak terlihat,” terangnya, mengkhawatirkan kerusakan geologis yang tidak kasat mata.

Aan berharap pemerintah mencari alternatif energi lain yang lebih ramah lingkungan, seperti pemanfaatan tenaga surya, kincir angin, atau air. Ia mengingatkan potensi risiko yang jauh lebih besar jika proyek ini dipaksakan, karena akan berdampak pada lingkungan, serta aspek sosial dan budaya.

“Terutama di wilayah-wilayah yang memiliki situs sejarah seperti Candi Sukuh, Candi Ceto, dan lereng Lawu menyimpan banyak situs-situs purbakala lainnya,” tegasnya.

Mengakhiri pernyataannya, Aan kembali menyampaikan permohonan kepada pimpinan tertinggi negara. "Kepada siapa pun yang berkepentingan, kami mohon itu dihentikan. Gunung Lawu itu warisan yang tidak ternilai. Terutama kepada Bapak Presiden Prabowo, tolong hentikan itu, untuk kedamaian kami dan anak cucu, serta kelestarian semesta," tandasnya.