Presiden Sampaikan Empat Arahan Dalam Rakernas 50 Tahun Basarnas
JAKARTA (Soloaja.co) - Presiden Joko Widodo membuka secara resmi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 50 Tahun Emas Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) yang digelar melalui konferensi video di Istana Negara, Jakarta, Senin, 21 Februari 2022.
"Atas nama masyarakat, bangsa, dan negara saya mengucapkan selamat ulang tahun ke-50, ulang tahun emas, dan sekaligus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan yang selalu sigap membantu masyarakat, membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah di berbagai daerah, di berbagai medan bencana," ujar Presiden.
- Ternyata Adidas dan Puma, Lahir dari Perseteruan Keluarga, Ini Sejarahnya
- Mantap, Tim Atletik Yonif MR 413/Bremoro Raih 8 dari 9 Medali Lomba Lari Wisata Alam Kalisidi
Disampaikan Presiden, Indonesia memiliki risiko tinggi bencana dan risiko kedaruratan, kecelakaan, bencana alam, dan kondisi-kondisi lain yang membahayakan manusia. Musibah yang datangnya sulit diperkirakan, sulit diprediksi bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan bisa menimpa siapa saja. Karena itu, kesiapsiagaan dan kewaspadaan sangat penting.
"Kita perlu tim SAR yang cepat tanggap, yang militan, yang mampu memberikan pertolongan yang cepat dan tepat terhadap kondisi yang memerlukan penanganan khusus, bencana tanggap darurat, serta yang membahayakan manusia," jelasnya.
Lebih jauh, Presiden menyebut bahwa tantangan dalam menghadapi situasi kedaruratan akan makin besar. Tetapi, dalam situasi apapun pelayanan SAR harus sigap dan cepat untuk menyelamatkan setiap jiwa manusia. Di manapun, dalam situasi apapun setiap jiwa harus diselamatkan dari risiko bencana dan kedaruratan lainnya.
Oleh karena itu, Kepala Negara menegaskan sejumlah hal, yaitu pertama, perbanyak inovasi dengan memanfaatkan teknologi. Menurut Presiden, teknologi SAR sudah berkembang dengan cepat dan makin canggih dan bisa membantu memproyeksi dan menganalisis secara cepat dan akurat. Dengan penanganan yang lebih tepat dan lebih efektif, tim SAR dapat lebih banyak menyelamatkan korban.
- Biaya Haji Naik Jadi Rp 45 Juta, Ini Penjelasan Kemenag Usulkan
- Cek, Ini Syarat Mendapat Pinjaman KUR dari BRI dengan Bunga 3%
"Karena itu, Basarnas tidak boleh ketinggalan. Saya ulang, Basarnas tidak boleh ketinggalan dalam hal teknologi, harus cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi SAR yang terkini," ungkapnya.
Kedua, Presiden meminta agar kompetensi sumber daya manusia (SDM) SAR terus ditingkatkan. Menurutnya, SDM SAR harus memiliki kompetensi yang tinggi, keahlian yang relevan dengan kebutuhan situasi hari ini, dan memastikan keselamatan tim SAR yang sedang bekerja.
Ketiga, Kepala Negara meminta agar Basarnas memperkuat sinergi dan kolaborasi. Kepala Negara memandang bahwa kerja SAR adalah kerja terpadu dengan melibatkan kementerian, lembaga pemerintah, TNI, Polri, badan usaha, organisasi kemasyarakatan, dan potensi SAR lainnya.
"Libatkan seluruh elemen masyarakat, semua potensi, dan buang jauh-jauh yang namanya ego sektoral, semua harus bersinergi dalam operasi kemanusiaan," katanya.
- Gandeng WIR Group, PT Bank Negara Indonesia (BNI) Kembangkan Layanan Perbankan Metaverse
- Nikmati Wedang Ronde, Tokoh Lintas Agama Hadiri Cap Go Meh di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban
- Dipaksa Tutup, Pelaku Usaha Cafe Kawasan Sriwedari Mengadu ke DPRD
Keempat, perkuat pencegahan, mitigasi, dan antisipasi. Menurut Presiden, yang juga sangat penting adalah melakukan edukasi dan pelatihan-pelatihan teknis SAR secara masif kepada masyarakat.
"Kita harus membangun kesadaran agar masyarakat makin peduli dan sigap melakukan upaya preventif terutama di daerah-daerah yang rawan bencana dan kawasan kedaruratan agar terbangun budaya SAR dan masyarakat tangguh kedaruratan," paparnya.
Di penghujung sambutannya, Presiden berharap agar Rakernas Basarnas ini dapat melahirkan gagasan-gagasan yang inovatif dan implementatif, serta terobosan-terobosan penting untuk meningkatkan pelayanan Basarnas kepada masyarakat.
Turut mendampingi Presiden dalam acara tersebut yaitu Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Basarnas Marsdya TNI Henri Alfiandi.