Awas ! Misinformasi Bisa Berperan Membentuk Opini Publik Yang Menyesatkan

Kusumawati - Jumat, 14 Februari 2025 21:36 WIB
dialog publik dan temu tokoh digelar Lembaga Kajian Lintas Kultural di Hotel Tosan Sukoharjo (soloaja.co)

SUKOHARJO (Soloaja.co) - Kekuatan dunia digital dengan penetrasi teknologi yang kuat memunculkan dua sisi positif dan negatif. Positifnya kemajuan informasi dan teknologi terkini untuk ilmu pengetahuan, namun negatifnya munculnya Misinformasi dan disinformasi karena ketidaksamaan persepsi masyarakat hingga muncul fenomena post truth.

"Contohnya dengan teknologi Artificial Intelegensi (AI) dengan mudah informasi dibuat, buruknya kalau direkayasa untuk membalikkan fakta, seperti video hoak soal Presiden Jokowi berpidato dengan bahasa China yang aslinya dengan bahasa Inggris, hingga menimbulkan banyak opini," ungkap Mohd Adhe Bhakti, Direktur Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi, dalam dialog yang digelar Lembaga Kajian Lintas Kultural (LKLK) di Hotel Tosan, Sukoharjo, Jumat 14 Februari 2025.

Ironisnya fenomena Post Truth tersebut seringkali membuat gaduh dan bahayanya bila ada Misinformasi dan disinformasi yang kemudian diyakini sebagai sebuah kebenaran.

Hal tersebut menjadi perhatian khusus dari LKLK, hingga merasa perlu menggelar dialog publik yang diikuti kaum muda bersama tokoh yang paham dalam bidang tersebut.

Dialog Publik dan Temu Tokoh bertajuk “Menanggulangi dan Mencegah Post Truth: Sebuah Transformasi Paradigma Baru Dalam Bersosialisasi", juga menghadirkan sejumlah nara sumber, diantaranya Ian Prasetyo, seorang jurnalis dan pegiat media sosial, Ahmad Hafidh, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukoharjo, dan Ahmad Bintang Irianto, Kepala Detasemen Khusus 99 Satkornas Banser.

Terungkap pula bagaimana hoaks sering kali sengaja diproduksi untuk kepentingan politik dan sosial. Juga post truth kerap digunakan dalam perang informasi oleh kelompok-kelompok tertentu, terutama menjelang Pemilu 2024.

Ita Fardiyati, seorang penulis dan peneliti, bertanya mengenai cara membangun narasi kebenaran yang lebih menarik dibandingkan hoaks yang sering kali lebih sensasional. Menanggapi hal ini, Mohd Adhe Bhakti menekankan pentingnya strategi komunikasi yang kreatif. "Narasi kebenaran harus dikemas dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, misalnya melalui konten audiovisual yang disajikan secara singkat namun kuat secara pesan," jelasnya.

Sofwan Faizal Sifyan, Direktur LKLK, menyoroti perlunya sikap kritis dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan isu agama dan sosial. Ia menekankan pentingnya tabayun serta disiplin dalam menyaring berita sebelum disebarluaskan.

"Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menyaring informasi secara kritis dan bijak dalam bermedia sosial demi menciptakan ekosistem digital yang sehat dan beretika." ungkapnya.

Ketua Panitia, Fadhel Moubharok menyampaikan kegiatan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk akademisi, jurnalis, aktivis sosial, serta organisasi kepemudaan dan keagamaan.

Peserta yang terpilih akan diikutkan dalam Workshop Literasi Digital LKLK yang dilaksanakan pada 15-16 Februari 2025 di Hotel Sarila, Surakarta.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS