UNS
Jumat, 14 Januari 2022 18:07 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi
SOLO (Soloaja.co) - Wedangan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali digelar dengan mendiskusikan tema “Peran Media dalam Membentuk Opini Publik”.
Pada seri ke-92 ini, turut hadir sejumlah narasumber berpengalaman di bidang media dan komunikasi. Wedangan IKA UNS terselenggara secara daring melalui Zoom Cloud Meeting dan kanal Youtube UNS pada Rabu 12 Januari 2022.
Dalam sambutannya, Rektor UNS Prof. Jamal menyoroti kekuatan teknologi informasi sebagai salah satu parameter globalisasi.
"Media massa memegang peranan yang sangat penting. Tak ada lagi sekarang, orang yang tidak memegang kendali media. Baik itu dalam konteks sehari-hari. Misalnya saja kita sekarang tidak pernah lepas dari handphone. Kalau itu lepas, nampaknya kita seperti di tengah hutan yang tidak tahu lagi arah,” tutur Prof. Jamal.
Pemateri pertama pada Wedangan IKA UNS kali ini adalah Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi & Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Dr. Usman Kansong, S.Sos., M.Si.
Dalam paparannya, trust ‘kepercayaan’ kepada media menjadi inti dari upaya pembentukan opini publik. Bersumber dari data Edelman Trust Barometer, Usman menyampaikan bahwa tingkat kepercayaan publik di Indonesia terhadap media mengalami peningkatan sebesar 3 poin menjadi 72% pada tahun 2021. Menurutnya, hasil ini menjadi modal besar bagi media untuk menciptakan opini publik.
Usman turut mengingatkan fungsi media dalam pembentukkan opini publik. Terdapat lima fungsi media berdasarkan UU Pers, yakni fungsi informasi, fungsi edukasi/pendidikan, fungsi hiburan, fungsi kontrol, dan fungsi lembaga ekonomi.
Strategi Media dalam Membentuk Opini Publik
Pertama, pembentukkan opini publik perlu dikaitkan dengan kepentingan publik itu sendiri. Media perlu menemukan public meaning ketika memberitakan suatu hal. Kedua, media dapat menggunakan simbol, istilah, dan jargon yang menjadi tren supaya pemberitaan dapat menarik perhatian publik. Ketiga, riding the wave. Media perlu kembali memperhatikan apa yang sedang berkembang di masyarakat tentang sosial, politik, ekonomi dan lain-lain.
“Kalau agenda media mau diperhatikan publik ya sesuaikan dengan agenda apa yang sedang terjadi di publik,” tutur Usman.
Keempat, strategi pembentukkan opini publik berkaitan dengan pemilihan topik yang tepat. Kelima, media dapat melakukan survei atau mencantumkan hasil survei untuk mendukung narasi konten.
Tantangan bagi Media
Dari data Elderman Trust Barometer tahun 2021, studi menunjukkan bahwa hanya terdapat 1 dari 4 orang Indonesia yang telah mempraktikkan proses pengolahan infomasi yang baik. Sebanyak 60% responden membagikan informasi apa saja yang menurut mereka menarik. Hanya terdapat 32% yang memiliki information hygiene yang baik.
Media sosial juga menghadirkan tantangan tersendiri. Menurut Usman, algoritma media sosial sangat jitu dalam membentuk opini publik. Ia menilai setidaknya perlu ada aturan guna mengatur keberjalanan algoritma dalam pembentukan opini yang positif.
“Karena itu, Dewan Pers disokong oleh asosiasi media kemudian dikawal terus oleh Kominfo sedang menyusun Publisher Right. Kita mengharuskan platform global seperti Facebook, Google, dan lainnya harus melaporkan ketika mereka mengubah algoritmanya,” ungkap Usman.
Pemaparan materi dilanjutkan oleh narasumber lainnya, yaitu Direktur Utama Lampung Post sekaligus Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohar, S.Sos., Pemimpin Redaksi dan Direktur Jawa Pos TV periode 2015-2020 Irwan Setyawan, S.Sos., M.Ikom., Kepala Stasiun TVRI Jawa Tengah Drs. Sifak, M.Si., Direktur Bisnis dan Konten Solopos Media Group Suwarmin, S.Sos., M.M., serta Kaprodi S-2 Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS Dr. Andre N. Rahmanto, S.Sos., M.Si.
Bagikan