'Wahyu Kliyu' Tradisi Sebar Apem Jatipuro Dikukuhkan Warisan Budaya Nasional Tak Benda oleh Kemendikbud

Kamis, 26 Agustus 2021 21:07 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

Sebar apem Wahyu kliyu
Wahyu kliyu (Soloaja)

KARANGANYAR (Soloaja.co) - Satu lagi tradisi asli Kabupaten Karanganyar diakui oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai warisan budaya nasional tak benda.  

Penghargaan tersebut diberikan pada tradisi sebar apem ‘Wahyu Kliyu’ yang digelar warga dusun Kendal, Jatipuro, Karanganyar 

Tradisi sebar apem, yaitu kue yang berbahan tepung beras ini seperti tradisi yang ada di Jatinom Klaten, yakni tradisi Yaa Qowiyyu.

Tradisi Wahyu Kliyu, diperingati setiap bulan Suro tanggal 15 sebagai tradisi upacara tolak bala.  Sementara tradisi Yaa Qowiyyu dilaksanakan setiap tanggal 15 Sapar, bulan kedua dalam kalender Jawa.

Tradisi Wahyu Kliyu rutin diadakan juga sebagai wujud rasa syukur warga Dusun Kendal Lor dan Dusun Kendal Kidul, Kecamatan Jatipuro. 

Yang istimewa, acara dihadiri langsung oleh Bupati Karanganyar Juliyatmono, diawali dengan pertunjukkan wayang kulit.

Tepat pukul 24.00 WIB, Bupati melempar apem pertama kepada warga yang hadir dan bersama-sama berucap 'Wahyu Kliyu' secara berulang hingga 344 apem habis tak bersisa.

Biasanya tradisi ini dihadiri ribuan warga dari berbagai daerah dimeriahkan dengan kirab budaya. Namun adanya pandemi Covid dan pemberlakuan PPKM level 4, tradisi tahunan ini digelar secara sederhana dan tidak melibatkan banyak orang

Kabar tradisi ‘Wahyu Kliyu’ ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kemendikbud disampaikan Bupati Karanganyar Juliyatmono pada acara yang digelar pada 24-25 Agustus 2021, tersebut.

"Tradisi Sebaran Apem, Wahyu Kliyu kini ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Tingkat Nasional. Ditandai dengan diberikannya Piagam Penghargaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sekaligus sebagai bentuk pengakuan secara nasional bahwa Wahyu Kliyu merupakan upacara adat yang  unik dan menarik," jelas Juliyatmono, Kamis 26 Agustus 2021.

Tradisi ini menurut orang nomor satu di Karanganyar sesuai  kearifan lokal setempat merupakan tradisi tolak bala (tolak segala macam bahaya). Apem itu dari kata apuro atau permohonon ampun.

"Dengan momen ini kita berdoa semoga Allah segera melenyapkan Covid-19,” harap Bupati.