UNIBA Surakarta Gandeng Petani Boyolali Ubah Limbah Kulit Kopi Jadi Pupuk dan Pakan Ternak

Rabu, 20 Agustus 2025 15:39 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1000719609.jpg
Tim PKM UNIBA Surakarta melakukan Pelatihan mengolah Limbah Kulit Kopi Jadi Pupuk dan Pakan Ternak di Boyolali. (Soloaja)

BOYOLALI (Soloaja.co) - Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta menjalin kerja sama dengan kelompok tani Berkah Kopi di Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.

Melalui program Pengabdian Pada Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemdiktisaintek, UNIBA membantu petani mengolah limbah kulit kopi menjadi produk bernilai ekonomi.

Kerja sama ini bermula dari keprihatinan ketua kelompok tani, Giman, yang melihat tumpukan limbah kulit kopi tak terpakai. "Kami bingung mau diolah jadi apa, padahal jumlahnya banyak sekali dan sayang kalau terbuang," ujarnya, pada media Rabu 20 Agustus 2025.

Melihat potensi tersebut, Giman bersama Dimas Ilham Nur Rois berdiskusi dan akhirnya mengajukan proposal ke DPPM. Proposal tersebut berhasil mendapatkan hibah pada tahun 2025.

Langkah awal program ini adalah meningkatkan pengetahuan kelompok tani melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD). Pada 11-12 Juli 2025, para anggota kelompok tani diajak mengunjungi CV Pendawa Kencana di Cangkringan, DIY, untuk mempelajari lebih dalam tentang pengolahan kopi dan limbahnya. 

Dari kunjungan ini, disepakati bahwa limbah kulit kopi akan diolah menjadi pupuk dan pakan organik untuk ternak ruminansia.

Pelatihan pembuatan pupuk dan pakan organik dilaksanakan pada 7-8 Agustus 2025 di rumah ketua kelompok tani. Kegiatan ini diikuti oleh 20 anggota dan penyuluh lapangan.

Untuk pakan, bahan baku yang digunakan adalah campuran ampas tahu, tetes tebu, bekatul, dan kulit kopi dengan takaran tertentu. Campuran tersebut kemudian difermentasi dalam drum. 

Sementara itu, pupuk organik dibuat dari rumput gajah, kulit kopi, dan kotoran sapi dengan perbandingan 30:2 yang dibantu aktivator bakteri. Proses fermentasi pupuk dilakukan selama 6-7 hari sebelum diangin-anginkan.

Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung dengan suasana penuh kekeluargaan dan antusiasme tinggi dari para peserta. Melalui program ini, limbah yang tadinya tidak berguna kini dapat menjadi produk yang bermanfaat dan berpotensi meningkatkan pendapatan petani, sekaligus mewujudkan pertanian yang lebih berkelanjutan.