SD Muh PK Kottabarat Asah Soft Skill Guru Jadi Climbers
SOLO (Soloaja.co) – Sebanyak 50 guru dan tenaga kependidikan SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo mengikuti workshop intensif bertajuk "Meneguhkan Komitmen untuk Menghadirkan Pelayanan Paripurna."
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari (29–30/12/2025) di Riyadi Palace Hotel ini berfokus pada penguatan keterampilan soft skill dan hard skill demi peningkatan kualitas pelayanan.
Kepala SD Muhammadiyah PK Kottabarat Solo, Nursalam, menyampaikan bahwa workshop ini adalah upaya kolaboratif pengembangan profesional yang menekankan pada solusi inovatif.
“Hari ini, mindset kita ibarat gelas kosong yang siap diisi kembali dengan wawasan, ide, dan kolaborasi pengembangan profesional, sekaligus keterampilan menemukan solusi inovatif,” ujar Nursalam.
- Kendaraan Pelat Merah Disorot, Sekda Jateng Akan Evaluasi
- Raih 40+ Penghargaan, Jateng Tegaskan Arah Kebijakan Merata
Menjadi Pribadi Climbers, Bukan Quitter
Workshop menghadirkan Namin AB Ibnu Solihin, pendiri @motivatorpendidikan.com. Pada hari pertama, materi berfokus pada tiga pilar: menjadi guru yang menginspirasi, menggerakkan, dan meneladani.
Namin memaparkan enam ciri pribadi yang mampu menggerakkan, termasuk menjadi pribadi yang aktif, terdepan dalam perubahan, dan memiliki jiwa climbers.
“Jangan menjadi pribadi quitter yang mudah menyerah atau camper yang hanya ingin berada di zona nyaman. Jadilah pendidik dan tenaga kependidikan berjiwa climbers yang pantang menyerah dan mampu mengubah hambatan menjadi peluang,” pesannya kepada peserta.
Guru BK sebagai Penjaga Perasaan
Pada hari kedua, materi diisi dengan penguatan pendidikan karakter, termasuk service excellent (pelayanan prima) dan tujuh jurus Bimbingan dan Konseling (BK) Hebat yang dicanangkan Kemendikdasmen. Tujuh jurus tersebut meliputi mengenali potensi, mengelola emosi, hingga membangun kolaborasi.
- Asri Desak Sanksi Akademik & Peradi Cabut Status Advokat
- Malam Tahun Baru Polres Sukoharjo Ajak Warga Doa Bersama
Namin menegaskan redefinisi peran konselor di sekolah. “Guru BK bukan hanya pengawas pelanggaran, tetapi penjaga perasaan. BK yang hebat tidak hanya soal teknik, tetapi juga soal hati. Pada dasarnya, kita semua adalah guru BK bagi murid, orang tua, dan sesama,” tegasnya.
Pelayanan Prima Dimulai dari Gerbang
Sesi penutup membahas sepuluh karakteristik excellent service, seperti pelayanan ramah, sikap sopan, dan penampilan rapi. Kamid Irfai, salah satu petugas keamanan sekolah, mengaku memperoleh pemahaman baru terkait alur pelayanan prima sekolah ramah anak.
“Gerbang sekolah menjadi awal pelayanan prima. Budaya 3S—senyum, salam, sapa—harus kita tampilkan sebagai standar keramahan. Semoga kami selalu istikamah mewujudkan pelayanan prima demi menjaga kepercayaan orang tua murid,” ujarnya.
