Mengusung Seni sebagai Masa Depan, ISI Surakarta Gelar Festival Pasca Penciptaan
SOLO (Soloaja.co) - Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta kembali menggelar Festival Pasca Penciptaan #2, sebuah acara yang menjadi ruang apresiasi dan refleksi bagi karya-karya unggulan mahasiswa pascasarjana.
Festival ini berlangsung selama tiga hari, mulai 7 hingga 9 September 2025, di Teater Besar, Teater Kecil, Teater Kapal, dan Pendapa ISI Surakarta, dengan dukungan dari Kementerian Kebudayaan.
Festival ini menampilkan 16 karya terbaik lintas disiplin dari ISI Surakarta, ISI Bali, dan ISI Yogyakarta, mulai dari tari, teater, musik, seni rupa, hingga film dan fashion. Seluruh karya ini berakar dari riset artistik dan refleksi kritis terhadap budaya Nusantara.
- Strategi Pintar Beli Emas di Puncak Harga Tanpa Rugi
- Fakta Kepemilikan 11 Rumah oleh Menkeu Sri Mulyani
Menteri Kebudayaan menegaskan, "Festival Pasca Penciptaan adalah bukti bahwa pendidikan tinggi seni di Indonesia tidak hanya melahirkan seniman, tetapi juga pemikir dan inovator budaya."
Dari Seni Pertunjukan Hingga Show Brain
Festival ini menghadirkan empat format utama:
* Seni Pertunjukan: Menampilkan karya teater, musik, dan tari dari seniman dan doktor dari berbagai ISI, termasuk Dwi Suryanto, Dr. Otto Sidharta, dan Dr. Sukrin Suhardi.
* Seni Rupa dan Seni Media Rekam: Menghadirkan karya perupa, film, dan fotografi dari seniman seperti Dr. Aries Budi Marwanto dan Fanny Chotimah.
* Show Brain: Sebuah orasi performatif yang membahas proses penciptaan. Acara ini menghadirkan narasumber ternama, seperti Sri Paduka Mangkoenagoro X dan Sardono W. Kusumo.
- Cari Kerja Ramah Lingkungan? Ini 5 Green Jobs di Bidang Pangan
- Harga Beras Melambung, Pemerintah Ambil Langkah Strategis Hingga Intervensi Pasar
An Artistic Innovation Sanctuary: Simpul Strategis Inovasi Seni
Momen penting dalam festival ini adalah peresmian An Artistic Innovation Sanctuary, sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Program ini dirancang sebagai laboratorium inovasi seni yang menyatukan seniman, peneliti, dan masyarakat.
"Kami berharap An Artistic Innovation Sanctuary dapat menjadi simpul strategis bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa seni Nusantara bukan hanya warisan, tetapi juga masa depan," tegas Dirjen Ahmad Mahendra.
Ketua Panitia, Dr. Dr. Eko Supriyanto, MFA, menambahkan bahwa festival ini adalah kontribusi nyata pendidikan tinggi seni terhadap pembangunan kebudayaan nasional. Seni diposisikan sebagai medium strategis untuk diplomasi budaya, penguatan identitas, dan pemberdayaan masyarakat, mewujudkan visi "Dari arsip tubuh Nusantara menuju ruang pengetahuan global".