UMS Kukuhkan Dua Guru Besar, Tegaskan Komitmen pada Inovasi Ramah Lingkungan dan Kesehatan Mental

Kamis, 19 Juni 2025 18:58 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1000509545.jpg
Prof. Ir. Mochamad Solikin, M.T., Ph.D. (kedua dari kiri) dan Prof. Dr. Eny Purwandari, S.Psi., M.Si. (ketiga dari kiri) resmi dikukuhkan sebagai guru besar pada Upacara Pengukuhan Guru Besar UMS yang digelar di Auditorium Moh. Djazman UMS (soloaja.co)

SOLO (Soloaja.co) – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menegaskan komitmennya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat dengan mengukuhkan dua guru besar dalam Sidang Terbuka Senat yang digelar di Auditorium Moh. Djazman, Kamis 19 Juni 2025.

Kedua akademisi tersebut adalah Prof. Dr. Eny Purwandari, S.Psi., M.Si., di bidang Psikologi Kesehatan Mental, dan Prof. Ir. Mochamad Solikin, M.T., Ph.D., di bidang Teknologi Bahan Konstruksi.

Pengukuhan dipimpin langsung oleh Rektor UMS sekaligus Ketua Senat, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., dan dihadiri oleh jajaran senat, dosen, mahasiswa, kerabat, serta tamu undangan dari berbagai institusi. Prosesi ini sekaligus menjadikan Prof. Eny sebagai Guru Besar ke-60, dan Prof. Solikin sebagai Guru Besar ke-61 di lingkungan UMS.

Kesehatan Mental di Era Disrupsi

Dalam pidato ilmiahnya yang berjudul “Kesehatan Mental: Menjawab Tantangan di Era Disrupsi”, Prof. Eny Purwandari menyoroti meningkatnya kompleksitas persoalan kesehatan mental akibat tekanan global, disrupsi teknologi, dan ketimpangan sosial. Ia menekankan bahwa gangguan mental bukan sekadar isu individu, melainkan problem sistemik yang membutuhkan pendekatan multidisiplin dan kerja sama lintas sektor.

Mengutip data WHO, Eny menyebutkan bahwa satu dari delapan orang di dunia mengalami gangguan mental. Di Indonesia, sekitar 9,8 persen penduduk usia 15 tahun ke atas terdeteksi mengalami gangguan mental emosional.

“Literasi dan akses layanan kesehatan mental harus diperluas hingga ke komunitas. Inovasi digital seperti tele-mental health dapat menjadi strategi preventif dan rehabilitatif yang menjangkau lebih luas,” ungkapnya.

Selama lebih dari dua dekade, penelitian Eny juga mendalami keterkaitan antara kerentanan mental dan penyalahgunaan NAPZA. Ia menemukan bahwa faktor lingkungan, pergaulan sebaya, dan minimnya pengawasan menjadi pemicu utama.

UMS sendiri telah merespons tantangan ini melalui pembentukan lembaga Student Mental Health and Well-being Support (SMHWS), yang bertugas mendampingi mahasiswa dalam menjaga keseimbangan psikologis selama masa studi.

“Ekosistem sehat harus dibangun secara kolektif, mulai dari keluarga, sekolah, tempat kerja, hingga masyarakat. Masyarakat yang sehat secara mental akan lebih tangguh, produktif, dan berkontribusi positif bagi bangsa,” tegas Prof. Eny dalam pidatonya.

Terobosan Teknologi Beton Ramah Lingkungan

Sementara itu, Prof. Mochamad Solikin dalam pidato ilmiahnya bertajuk “Beton High Volume Fly Ash dengan Pemadatan Mandiri, Upaya Mewujudkan Pembangunan yang Lestari” memaparkan solusi untuk menekan emisi karbon dari industri beton, yang menyumbang sekitar 7 persen emisi karbon global.

Ia memperkenalkan teknologi High Volume Fly Ash Concrete (HVFA), yaitu penggunaan fly ash sebagai material substitusi hingga 50 persen komposisi semen dalam beton. Fly ash merupakan limbah pembakaran batu bara yang kaya silika dan kini tidak lagi dikategorikan sebagai limbah B3.

“Indonesia menghasilkan sekitar 13 juta ton fly ash per tahun. Potensi ini bisa mengurangi kebutuhan semen nasional hingga 21 persen,” jelasnya.

Teknologi beton ini sangat cocok untuk Self Compacting Concrete (SCC), yang tidak memerlukan alat getar, sehingga lebih efisien dan hemat energi. Bersama tim Pusat Studi Rekayasa Struktur UMS, Prof. Solikin telah menerapkan teknologi ini dalam berbagai inovasi, seperti genteng ringan berbasis styrofoam, plat lantai half slab, dan panel dinding beton berongga.

Rangkaian inovasi tersebut telah diajukan paten dan dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional, serta menunjukkan performa teknis dan ekologis yang memuaskan. “Insinyur masa kini harus membangun tanpa merusak, mencipta tanpa mencemari,” tegasnya menutup pidato.

Komitmen Ilmu untuk Kemanusiaan dan Lingkungan

Dengan pengukuhan dua guru besar ini, UMS kini memiliki 61 profesor yang berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berdampak nyata. Rektor UMS menegaskan bahwa kampus terus berikhtiar menjadi pusat keunggulan intelektual yang solutif, progresif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Pengukuhan ini juga menjadi momentum reflektif akan pentingnya kolaborasi lintas bidang, baik dalam menyikapi tantangan lingkungan global maupun dalam menjaga kesehatan jiwa masyarakat di tengah era disrupsi.