Tuntaskan Janji Kampanye, Desalinasi Air Bersih di Pesisir

Senin, 29 Desember 2025 15:31 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1001198017.jpg
Rumah desalinasi yang ada di pesisir Pantura Jateng (Humas Jateng)

SEMARANG (Soloaja.co) – Krisis air bersih di wilayah pesisir Jawa Tengah mulai teratasi setelah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di bawah kepemimpinan Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen menunaikan janji kampanye mereka dengan menghadirkan solusi desalinasi air payau. 

Sebanyak enam unit mesin desalinasi kini beroperasi di sepanjang Pantura, mengubah air laut yang selama ini menjadi ancaman menjadi air minum yang aman dan terjangkau.

Di Desa Randusanga Kulon, Brebes, salah satu wilayah yang bertahun-tahun dikepung air payau, warga kini bisa mendapatkan air minum jernih dengan harga 50 persen lebih murah dari harga pasar.

"Dulu harus jalan hampir satu kilometer untuk beli air. Sekarang dekat dan murah. Airnya tidak asin. Aman buat susu bayi," ujar Sri Hastutik, warga setempat yang kini hanya membayar Rp2.500 per galon.

Kolaborasi Lintas Sektor dan Karya Anak Bangsa

Program desalinasi ini lahir dari kolaborasi lintas sektor yang melibatkan Pemprov Jateng melalui Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya (DPU BMCK), BUMD Tirta Utama Jawa Tengah (TUTJ), Bank Jateng, dan Universitas Diponegoro (Undip) sebagai pengembang teknologi.

Kepala DPU BMCK Jawa Tengah, Hanung Triyono, menjelaskan bahwa satu mesin desalinasi mampu memproduksi sekitar 4.000 liter air bersih per hari, yang cukup mencukupi kebutuhan sekitar 400 rumah per bulan.

"Prinsipnya sederhana, tapi manfaatnya sangat besar. Air hasil olahan ini telah diuji di laboratorium dan memiliki Total Zat Terlarut (TDS) hanya 62 mg/liter, jauh di bawah ambang batas Permenkes," jelas Hanung.

Dari enam unit yang dibangun pada tahun 2025, tiga unit dibangun langsung oleh DPU BMCK di Brebes, Demak, dan Pati, sementara sisanya didukung oleh BUMD di Pekalongan, Demak, dan Rembang.

Dampak Jangka Panjang dan Inovasi Teknologi

Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) melihat program ini sebagai investasi jangka panjang yang berdampak pada penurunan stunting, perbaikan gizi, dan peningkatan produktivitas UMKM.

"Kita bangga karena teknologi ini 100 persen karya anak bangsa, dikembangkan oleh Undip. Tidak impor," kata Gus Yasin. Ia berharap konsep ini dapat diadopsi pemerintah pusat jika proyek giant sea wall terwujud, menjadikan kolam retensi sebagai sumber air baku desalinasi.

Prof I Nyoman Widiasa, Pakar desalinasi Undip, menambahkan bahwa kunci keberlanjutan program terletak pada pengelolaan yang diserahkan kepada masyarakat (BUMDes, Koperasi, atau KP-SPAM). Hasil penjualan digunakan untuk biaya listrik dan perawatan mesin.

"Dampak langsungnya adalah air minum aman dan murah. Dampak jangka panjangnya kesehatan masyarakat dan lingkungan," ujar Nyoman, sambil menyebut Undip sedang menyiapkan pengembangan desalinasi berbasis tenaga surya agar lebih hemat energi pada tahun 2026.

Pemprov Jateng berencana menambah dua unit desalinasi lagi pada tahun 2026 di Tegal, Pemalang, atau Demak, memastikan air laut tak lagi menjadi masalah, tetapi sumber harapan bagi warga pesisir.