Sembahyang King Hoo Ping MAKIN Solo, Membakar Bahtera Untuk Mengantarkan Leluhur

Senin, 22 Agustus 2022 09:06 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

IMG_20220822_090611.jpg
Membakar bahtera pada sembahyang King Hoo Ping oleh MAKIN Solo di tempat ibadah agama Konghucu Solo (Soloaja)

SOLO (Soloaja.co) – Majelis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN) Solo, menggelar sembahyang King Hoo Ping atau sembahyang rebutan, di Lithang Tempat ibadah Agama Kong Hu Cu, Jagalan, Solo, Minggu 21 Agustus 2022.

King Hoo Ping adalah sembahyang dan doa yang diperuntukkan bagi arwah umum, baik leluhur maupun bukan leluhur.

Menurut kisah, Jit Gwe atau bulan ke 7 Imlek, pintu akhirat dibuka, pada arwah diberikan kesempatan untuk turun kedunia menengok sanak keluarganya. untuk menyambut kehadiran mereka masyarakat Tionghoa khususnya umat Konghucu diwajibkan melakukan sembahyang pengenangan atau penghormatan yang dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan ke 7 Imlek. Dan diakhir Jit Gwe dilakukan upacara King Hoo Ping untuk mengantar para arwah kembali. 

Sembahyang King Hoo Ping tahun ini digelar sedikit meriah apalagi jumlah arwah yang didoakan juga lebih banyak, lebih dari 700 nama arwah.

Upacara dipimpin Ws Adjie Chandra dengan altar Tuhan YME, dan dua latar lain yakni altar sembahyang umum dan altar sembahyang vegetarian. 

Js Novita Luisiana Dewi, ketua panitia panitia sembahyangan, mengatakan MAKIN Solo selalu menggelar upacara ini, sembahyang dialtar juga dengan menempelkan nama nama leluhurnya di papan altar. Bagi mereka yang beriman hal ini untuk mengingatkan agar manusia tidak lupa akan sejarahnya atau asal usulnya, tidak melupakan budi, jasa dan kasih leluhurnya.

“Upacara sembahyang King Hoo Ping merupakan bentuk pendidikan etika moral dan budi pekerti pada umat Konghucu khususnya para generasi muda agar selalu bersedia membantu orang lain,” kata Novita.

Usai didoakan, masing masing umat juga berdoa untuk leluhurnya, untuk kemudian upacara diakhiri dengan penyempurnaan atau pembakaran replika kapal (bahtera King Hoo Ping) yang berukuran panjang 3,5 meter, didalamnya berisi nama nama almarhum.  

“Bahtera King Hoo Ping sebagai suatu lambang transportasi mengantarkan agar para roh segera kembali ke tempatnya karena bulan 7 imlek akan segera berakhir.” Kata Ws Adjie Chandra.

Nabi Konghucu bersabda ‘Pada saat orang tua masih hidup bahagiakanlah didalam Lee, kesusilaan adat dan tradisi yang berlaku, ketika meninggal berkabunglah didalam Lee dan kenanglah atau sembahyangilah selalu didalam Lee’.

Diakhir acara dibagikan beras pada umat peserta upacara, dan dilakukan makan bersama sebagai ungkapan berkah.