PANSUS
Rabu, 20 Agustus 2025 18:57 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi
JAKARTA (Soloaja.co) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) meraih penghargaan di ajang The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2024. Penghargaan ini diberikan atas implementasi industri hijau terbaik.
Penghargaan diserahkan langsung kepada Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen, di Jakarta International Convention Center (JICC), Jakarta Pusat, Rabu, 20 Agustus 2025.
Jateng menempati peringkat ketiga dalam kategori Pemerintah Daerah dengan Implementasi Industri Hijau Terbaik. Wagub Taj Yasin, yang akrab disapa Gus Yasin, menyebut penghargaan ini sebagai modal kepercayaan untuk menarik investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Ini menjadi modal kita untuk menggaet investor," ujar Gus Yasin. Ia menambahkan, komitmen Pemprov dan para pelaku usaha untuk bersama-sama membangun Jateng yang ramah lingkungan harus terus didorong.
"Kami juga memberikan contoh di sebagian kantor pemerintahan dengan menggunakan panel surya. Ini untuk mengajak investor agar benar-benar memperhatikan hal ini (industri hijau)," jelasnya.
Industri Hijau dan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Lebih lanjut, Gus Yasin menyoroti keselarasan forum industri hijau dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, Jateng sedang gencar-gencarnya mendatangkan investor, apalagi dengan adanya kawasan industri strategis seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang dan KEK Kendal.
Tak hanya itu, Pemprov Jateng juga berencana menggarap potensi pertanian, perkebunan, dan perikanan di wilayah pantai selatan (Pansela) untuk diubah menjadi agroindustri.
"Jateng juga menjalin kerja sama 'sister province' dengan Malaka (Malaysia) dan Fujian (China). Kita ajak mereka berinvestasi di Jawa Tengah, tetapi kita harus memperhatikan implementasi industri hijau," ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pentingnya peran pemerintah daerah dalam manajemen pengelolaan limbah.
"Kita mulai dengan cerita tentang mimpi yang akan diwujudkan bersama-sama. Mewariskan kepada generasi penerus sebuah masa depan yang sehat dimulai dari lingkungan," kata Agus.
Ia menambahkan, sektor manufaktur saat ini menjadi penopang utama perekonomian nasional, dengan kontribusi strategis terhadap PDB. Pada triwulan II tahun 2025, kontribusi manufaktur mencapai 16,92%, naik dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan sektor ini juga melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
Agus Gumiwang menekankan bahwa transformasi menuju industri hijau harus dipandang sebagai investasi, bukan sekadar biaya. "Pemerintah harus hadir untuk mewujudkan upaya ini," tegasnya.
Menurut Agus, ada empat faktor utama yang memengaruhi transformasi ini:
* Tuntutan pasar global yang semakin selektif terhadap produk ramah lingkungan.
* Pembiayaan hijau, di mana lembaga keuangan memprioritaskan proyek berbasis environment, social, and governance (ESG).
* Regulasi pemerintah yang mendukung, termasuk peta jalan dekarbonisasi dan insentif fiskal.
* Mekanisme perdagangan global yang menuntut industri untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
Menutup pidatonya, Agus mengajak semua pihak meninggalkan pandangan usang yang membenturkan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Ia mengajak pelaku industri untuk melihat agenda dekarbonisasi sebagai peluang emas, bukan beban, demi meningkatkan daya saing di pasar global.
Bagikan