Kesehatan
Selasa, 30 Januari 2024 16:11 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Anda tentu sering mendengar istilah patah hati, bahkan tidak menutup kemungkinan Anda juga pernah mengalaminya. Meski begitu, ternyata gejala patah hati atau sindrom broken heart sebetulnya adalah hal yang nyata terjadi.
Sindrom broken heart dapat muncul setelah pengalaman kehilangan yang signifikan, seperti perpisahan dalam hubungan romantis, kematian orang yang dicintai, atau kegagalan dalam hubungan interpersonal. Gejalanya dapat mencakup rasa sedih yang mendalam, kehilangan motivasi, gangguan tidur, dan perubahan pada pola makan.
Mekanisme terjadinya Sindrom Broken Heart, atau secara medis dikenal Kardiomiopati Takotsubo, masih menjadi objek penelitian intensif dalam dunia kedokteran.
Namun, beberapa teori telah muncul untuk menjelaskan fenomena ini. Salah satu teori utama adalah bahwa stres emosional atau fisik yang mendalam memicu pelepasan hormon stres, seperti adrenalin, yang dapat memengaruhi jantung.
Ketika tubuh terpapar pada tingkat hormon stres yang tinggi, hal ini menyebabkan pelepasan zat kimia yang memengaruhi pembuluh darah dan otot jantung.
Sebagai respons terhadap stres ini, bagian dari jantung dapat melebar, mengakibatkan penampilan yang khas pada gambaran takotsubo. Pada beberapa kasus, stres yang dihasilkan oleh peristiwa emosional, seperti kehilangan orang yang dicintai, dapat menjadi pemicu utama terjadinya kondisi ini.
Dilansir dari kemkes.go.id, gejala Sindrom Broken Heart mirip dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada, sesak napas, dan peningkatan detak jantung. Diagnosa kondisi ini melibatkan pemeriksaan lebih lanjut, seperti elektrokardiogram (EKG), tes darah, atau pemeriksaan pencitraan jantung seperti angiogram.
Meskipun Sindrom Broken Heart sering dikaitkan dengan stres emosional, kondisi ini juga dapat dipicu oleh stres fisik seperti kecelakaan, operasi, atau penyakit yang serius.
Sindrom Broken Heart dapat memiliki dampak fisik yang signifikan, dan dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gagal jantung.
Penting untuk menyadari bahwa meskipun Sindrom Broken Heart dapat mirip dengan serangan jantung, pengelolaannya mungkin berbeda. Perawatan dapat melibatkan pengelolaan stres, obat-obatan, dan pemantauan ketat oleh tenaga medis.
Sindrom Broken Heart, dengan basis biologis dan dampak fisiknya, menegaskan bahwa rasa sakit emosional dapat memengaruhi kesehatan jantung secara nyata.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala dan mencari bantuan medis ketika diperlukan, sehingga kita dapat mengatasi tantangan ini dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara kesehatan emosional dan kesehatan jantung.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 27 Jan 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 30 Jan 2024
Bagikan
Kesehatan
15 hari yang lalu
Pertanian
23 hari yang lalu
Ekspor
2 bulan yang lalu