Ngopi Kebangsaan Tokoh Agama dan Kepercayaan, Romo Budi : 'Srawung Itu Mengunci Hubungan Baik'

Minggu, 19 Maret 2023 16:07 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

ngopi kebangsaan.jpeg
Sejumlah tokoh agama dan kepercayaan yang diinisiasi Perkumpulan Rhema, menggelar acara ‘Ngopi Kebangsaan’ yang digelar di Rumah Dinas Wakil Walikota Surakarta, Sabtu 18 Maret 2023. (soloaja)

SOLO (Soloaja.co) – Sejumlah tokoh agama dan kepercayaan yang diinisiasi Perkumpulan Rhema, menggelar acara ‘Ngopi Kebangsaan’ yang digelar di Rumah Dinas Wakil Walikota Surakarta, Sabtu 18 Maret 2023.

“Acara ini merupakan kegiatan rutin dua bulanan yang diadakan oleh Rhema di berbagai daerah di Indonesia, berupa simposium para tokoh agama dan kepercayaan. Ini event kedua setelah Jakarta, nanti akan dilanjutkan ke kota kota lain di Indonesia,” kata Dwi Urip Premono, Ketua Umum Perkumpulan Rhema.

Acara Ngopi Kebangsaan di Solo kali ini bertema ‘Men-dudah Nilai-nilai Spiritualitas dan Kearifan Lokal untuk Membangun dan Merawat Kerukunan Kehidupan Antar Umat Beragama di Solo Raya’. Sejumlah tokoh yang hadir antara lain Retno Ratih (pendeta GKJ Manahan Solo), KH M. Mashuri, (Ketua PCNU Kota Solo), Sugito, (Dewan Pengurus Sapta Darma Solo), Ida Bagus Komang Suarnawa, (Ketua PHDI Kota Surakarta), Bhikkhu Dhammamitto, (Bhikkhu Pembina Umat Buddha DIY), Dr. Aloys Budi Budi Purnomo, Pr (Romo Katolik) dan Tjhie Mursid Djiwatman, (Dewan Rohaniwan Matakin Solo).

“Solo menjadi penting bagi pembicaraan yang terkait dengan tema-tema kebangsaan, kemajemukan, dan kerukunan kehidupan antar warganya. Sebagai salah satu pusat kebudayaan Kota Solo menjadi contoh bagaimana warganya dengan latar belakang agama dan golongan yang berbeda-beda dapat hidup rukun, tepo seliro, bahkan bekerja sama menciptakan suasana yang harmonis,” kata Dwi Urip.

Romo Budi yang juga pengajar program doktor ilmu lingkungan Unika Soegijapranata Semarang mengungkapkan apresiasinya dengan acara Ngopi Kebangsaan ini yang akan semakin saling mengenal dalam perbedaan agama dan kepercayaan.

“Akan terlihat cara pandang positif satu dengan yang lain, persaudaraan sejati dibangun saling memandang sisi positif masing-masing. Suasana komunikasi lintas agama, sosial budaya di solo terjalin bagus. Srawung, tatap muka komunikasi itu untuk mengunci hubungan,” ungkap Romo Budi.