Rabu, 05 November 2025 14:28 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi

SOLO (Soloaja.co) - Untuk mengenalkan dan mengajarkan cinta budaya dalam bingkai The Spirit of Java, Ratusan siswa Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 Solo ikut melepas kepergian Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwono XIII.
Suasana haru menyelimuti sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Solo, pada Rabu (5/11/2025), nampak siswa SD Muh 1 ikut berbaris rapi memberikan penghormatan terakhir.
Aksi penghormatan ini dilakukan saat iring-iringan jenazah Raja diberangkatkan dari Keraton menuju Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota, sebagai lokasi transit sebelum menuju pemakaman di Imogiri.
Siswa Ikuti Instruksi Wali Kota
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Solo, Sri Sayekti, menjelaskan bahwa penghormatan ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Wali Kota Solo. Aksi ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan terakhir terhadap Layon Dalem (jenazah) SISKS PB XIII.
“Kami meneruskan instruksi dari Wali Kota, menghimbau agar para siswa didampingi guru untuk bisa mengantar di sepanjang jalan yang menjadi rute iring-iringan Layon Dalem SISKS PB XIII,” ujar Sri Sayekti.
Rute iring-iringan yang dilewati jenazah Raja, yang berkuasa selama 21 tahun, dimulai dari Keraton pukul 09.00 WIB, melintasi Magangan, Alun-Alun Kidul, Perempatan Gading, Perempatan Gemblekan, Nonongan, hingga mencapai Jalan Slamet Riyadi dan berakhir di Loji Gandrung.
Mengenalkan 'The Spirit of Java'
Salah satu alumni sekolah yang hadir dalam prosesi perpisahan adalah putra mahkota yang baru saja mendeklarasikan diri sebagai PB XIV, KGPAA Hamangkunegara, yang sempat memberikan sambutan perpisahan kepada ayahandanya pada pukul 08.30 WIB.
Ki Agung Sudarwanto, pendamping siswa, menyebut kegiatan ini sebagai sarana edukasi budaya yang penting bagi generasi muda.
“Anak-anak terutama dari kalangan pelajar perlu dikenalkan The Spirit of Java atau Jiwanya Jawa. Slogan ini mengangkat citra Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa, maka kita sebagai pendidik mengenalkan dan menghormati tokoh atau raja,” jelasnya.
Makna Pakaian Kebesaran dalam Prosesi
Sementara itu, prosesi pemakaman Raja yang kental dengan budaya dan adat istiadat Jawa-Islam turut disoroti. Dwi Jatmiko, Dai Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia Pusat, menjelaskan bahwa penggunaan pakaian kebesaran atau ubo rampe (perlengkapan) adat pada jenazah Raja merupakan simbol budaya dan penghormatan terakhir.
“Pakaian kebesaran merupakan simbol jabatan duniawi yang pernah diemban. Ketika dipakaikan di jenazah, niatnya bukan untuk kemewahan dan kegagahan, tapi untuk penghormatan terakhir. Itu tidak bertentangan dengan Islam,” tegas Dwi Jatmiko.
Ia menambahkan, hal ini sesuai dengan ajaran Islam, di mana jenazah boleh dikafani dengan apa pun yang layak dipakainya ketika hidup (karena kedudukan atau kemuliaannya), meski kain kafan yang sempurna bagi laki-laki ialah tiga lembar kain penutup seluruh tubuh.
Bagikan