Ini Alasan Gusti Devi Museum Karaton Surakarta Masih Tutup

SOLO (Soloaja.co) – Kekecewaan wisatawan yang tidak dapat mengakses Museum Keraton Surakarta selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026 akhirnya terjawab. Pihak Keraton membenarkan bahwa museum masih ditutup.

Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton, GRA Devi Lelyana Dewi, menyatakan penutupan berlanjut lantaran pekerjaan renovasi yang belum tuntas, serta adanya kekhawatiran atas kondisi internal museum.

• Mahasiswa UNS Optimalkan Limbah Dapur untuk Ketahanan Pangan
• Pendidikan Jateng Merata, Ada Sekolah Gratis Siswa Miskin

"Saya ingin segera membuka, tapi sepertinya pekerjaan belum selesai. Masih ada beberapa alat dan bahan pekerjaan di dalam museum," ujar Devi Lelyana Dewi. Ia menambahkan, pihaknya juga menunjukkan tumpukan sampah sisa renovasi. "Sampah masih banyak, dan saya takut salah membersihkan apalagi belum [ada kejelasan]," tambahnya.

Keluhan Kualitas Pemugaran

Devi juga menyoroti dugaan masalah kualitas pada pekerjaan renovasi yang didanai pemerintah pusat. Ia mendapati ada bagian atap yang mengelupas, mengindikasikan pekerjaan yang dilakukan terkesan asal-asalan. "Sepertinya hanya dilapis cat baru yang lama tidak dikelupas dulu," ungkapnya.

Museum Keraton sendiri telah tutup sejak surutnya PB XIII dan belum pernah dibuka kembali. Devi mengaku tidak dilibatkan dalam proses pekerjaan renovasi, meskipun ia secara resmi memegang mandat Pengageng Museum.

• Mahasiswa UMS Fasilitator Terbaik Duta Inspirasi Indonesia
• Kata Google Buka, Museum Karaton Digembok, Wisatawan Kecewa

Opsi Wisata Sanggabuwono

Mengenai permintaan wisatawan untuk membuka lokasi atau ruangan lain di lingkungan Keraton, seperti contoh hanya membuka lokasi Panggung Sanggabuwono, Devi menyatakan belum berani mengambil inisiatif.

"Saya belum berani membuka lokasi lain atau ruangan lama yang belum direnovasi. Biasanya satu paket (museum, pelataran, dan Songgo Buwono). Saya belum berani membuka sebelum koordinasi dengan BPK [Badan Pemeriksa Keuangan]," jelasnya.

Penjelasan ini menguatkan indikasi bahwa penutupan museum di tengah musim wisata disebabkan oleh tumpang tindih masalah teknis renovasi dan administrasi internal Keraton, yang menghambat akses publik terhadap aset budaya tersebut.