Bekal Kemandirian: Sentra Soeharso Latih PPKS Disabilitas Desain Grafis dan Sablon Digital

Senin, 22 Desember 2025 09:51 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1001169853.jpg
Kegiatan praktek mengajar dan praktek di sentra terpadu Prof. Soeharso (Soloaja)

SOLO (Soloaja.co) – Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta terus memperkuat komitmennya dalam meningkatkan kemandirian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PPKS) disabilitas melalui program vokasi. 

Salah satu program unggulan yang kini dijalankan adalah vokasi desain grafis, yang membekali peserta dengan keterampilan praktis untuk bekal kerja maupun usaha mandiri.

Pelatihan ini dirancang komprehensif, mulai dari penguasaan perangkat lunak desain hingga proses cetak aplikatif pada media fisik.

"Peserta kami ajarkan dari nol, mulai dari membuat desain sampai proses cetak dan penerapannya ke media seperti kaos, mug, dan gantungan kunci. Harapannya mereka benar-benar punya keterampilan yang bisa langsung digunakan," ujar Pak Adit, pengajar vokasi desain grafis di Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso.

Fasilitas Lengkap dan Kurikulum Praktis

Peserta vokasi, yang umumnya berusia sekolah dengan beragam jenis disabilitas, dibekali kemampuan menggunakan aplikasi standar industri seperti Adobe Photoshop dan CorelDRAW.

Untuk praktik cetak, pelatihan meliputi sablon digital (DTF) dan sablon manual. Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso telah melengkapi ruang vokasi dengan sarana penunjang canggih, seperti mesin sablon DTF, printer sublimasi, komputer, serta alat press untuk kaos dan gantungan kunci. Kelengkapan fasilitas ini memungkinkan peserta belajar secara langsung dengan peralatan yang digunakan di dunia kerja profesional.

Program vokasi dilaksanakan setiap hari dengan durasi pelatihan sekitar tiga bulan, disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan masing-masing PPKS.

Peluang Mandiri dan Peningkatan Kepercayaan Diri

Pemilihan vokasi desain grafis didasarkan pada peluang kerjanya yang luas. Pak Adit menjelaskan bahwa lulusan tidak hanya diarahkan untuk bekerja di luar, tetapi juga didorong untuk menjual desainnya sendiri atau membuka usaha kecil secara mandiri.

Metode pembelajaran yang diterapkan memadukan gaya pengajaran sekolah formal dengan praktik langsung, terbukti efektif membantu peserta dengan ragam disabilitas untuk lebih mudah memahami materi.

Perkembangan peserta dinilai signifikan, tidak hanya dalam keterampilan teknis—seperti yang ditunjukkan oleh Riski, peserta yang memiliki hobi melukis dan kini mampu menciptakan karya desain digital—tetapi juga dalam aspek mental.
"Perubahan paling terlihat adalah tumbuhnya kemandirian dan kepercayaan diri peserta," tambah Pak Adit.

Ia berharap, lulusan vokasi desain grafis ini mampu meraih kemandirian finansial di masa depan. "Harapan kami, mereka bisa bekerja, punya usaha sendiri, dan terus mengembangkan kemampuan yang sudah didapatkan di sini," pungkasnya.