Senin, 15 Januari 2024 14:39 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi
SEMARANG (Soloaja.co) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Tengah bersama Tuti N. Roosdiono (Anggota Komisi IX DPR RI), kembali melakukan Sosialisasi Penurunan Stunting, dengan tema "Komunikasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting" di Hall Villa Onengan Tuntang, Kabupaten Semarang, Senin 15 Januari 2024.
Hadir pula sebagai narasumber Eka Sulistya Ediningsih (Kepala Perwakilan BKKBN Jateng), dan RA Nathalia Damayanti (Perwakilan Dinas DP3AKB Kabupaten Semarang).
Anggota Komisi IX, Tuti menyambut baik adanya berbagai sosialisasi yang berhubungan dengan penurunan angka stunting.
"Semua perlu bekerja sama, perlu kerja keroyokan, baik pemerintah maupun pihak swasta, untuk bersama-sama menurunkan angka stunting," kata Tuti.
Sasaran penurunan stunting tidak hanya ibu hamil dan balita saja, namun juga menyasar pada remaja atau para calon pengantin.
"Ujung tombaknya pada remaja atau para calon pengantin. Bila catin sadar betul akan arti merawat kesehatan, diharapkan anak yang dilahirkan kelak juga sehat dan cerdas," kata Tuti.
Narasumber Kaper BKKBN Jateng, Eka Sulistya Ediningsih kembali mengingatkan di hadapan peserta, apa itu stunting.
Menurut Eka, stunting itu bukan suatu penyakit. Asal dirawat dengan baik dan benar, bayi yang beresiko stunting bisa dikoreksi," kata Eka.
Lebih lanjut, Eka menjelaskan bahwa ciri-citi stunting itu pasti pendek tetapi pendek belum tentu stunting.
Ciri lainnya bila sudah dewasa, anak tersebut sering sakit-sakitan dan tingkat kecerdasannya berkurang. Tidak sama dengan anak normal lainnya.
"Stunting itu adalah gagal tumbuh kembang anak karena kekurangan asupan gizi dan nutrisi dalam kurun waktu seribu hari pertama. Juga adanya infeksi yang sering berulang," ujar Eka.
Sehingga, Eka sangat mewanti-wanti kepada semua peserta, agar selalu memperhatikan bayi selama seribu hari pertama kehidupan atau bayi dalam kandungan sampai usia dua tahun.
Untuk mendapatkan asupan gizi dan nutrisi yang seimbang, para orangtua terutama ibu-ibu, bisa memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanami aneka sayuran. Dengan begitu, gizi anak terpenuhi dan ketahanan pangan keluarga bisa terjaga.
Para orangtua, tambah Eka, juga harus menerapkan pola hidup sehat. Juga memperhatikan kebersihan sanitasi dan lingkungan.
Perwakilan dari DP3AKB Kabupaten Semarang, Nathalia Damayanti menambahkan, para ibu yang sudah melahirkan bayi, harus segera mengikuti program Keluarga Berencana (KB).
Program KB ini, lanjut Nathalia, bisa mengurangi resiko 4T yaitu terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak melahirkan, dan terlalu sering melahirkan (jaraknya dekat).
Bila tidak mengikut program KB, Nathalia mengkhawatirkan kalau ibu yang baru melahirkan akhirnya hamil lagi.
Bila ibu mempunyai bayi dan hamil lagi sebelum bayi berusia tiga tahun, kualitas ASI akan terganggu.
''Padahal untuk mendapatkan bayi yang sehat, ibu harus memberi ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai pemberian ASI selama dua tahun plus pemberian makanan pendamping," kata Nathalia.
Para narasumber berharap, dengan adanya ilmu yang ditularkan ini, masyarakat semakin sadar betul akan pentingnya menjalankan pola hidup sehat dan pentingnya menurunkan angka stunting.
Bagikan