SMPN 1 Surakarta Hadirkan Tokoh Keraton dan Batik dalam Kegiatan P5 'Memetri Lestarining Batik'

Kusumawati - Rabu, 17 Mei 2023 17:36 WIB
Lokakarya batik SMPN 1 Surakarta bersama KGPH Dipokusumo dan RAy Febri Hapsari (Soloaja)

SOLO (Soloaja.co) - SMPN 1 Surakarta kembali melaksanakan project penguatan profil Pancasila (P5) sebagai wujud merdeka belajar. Kali ini P5 untuk siswa kelas 7, memgambil tema 'Memetri Lestarining Batik'.

Selama sepekan siswa diajarkan mengenai batik, mulai dari pemahaman tentang filosofi batik, cara pembuatan batik hingga menghasilkan produk batik.

"P5 ketiga ini kami mengambil tema kearifan lokal dengan mengangkat batik. Tidak sekedar bisa membuat batik, tapi kami didukung oleh tokoh batik yang berkompeten menyampaikan langsung pada siswa, seperti dengan menghadirkan ibu Danarsih pemilik batik Danar Hadi, Pengageng Keraton Surakarta KGPH Dipo Kusumo dan Ibu Febri Hapsari praktisi dan motivator budaya," kata Salim Ahmad, Kepala Sekolah SMPN 1 Surakarta, Rabu 17 Mei 2023.

Pada kesempatan tersebut Danarsih pemilik Batik Danar Hadi menceritakan kisahnya 50 tahun berjuang melestarikan batik, hingga ia memiliki museum batik dengan koleksi ratusan batik kuno dan langka.

Dilanjutkan KGPH Dipo Kusumo selaku pengageng parentah Keraton Surakarta menyampaikan sejarah dan perkembangan batik di kota Surakarta.

"Menyampaikan tentang filosofi batik, kemudian tradisi penggunaan batik itu lebih kepada sejarahnya bahwa di era Pakubuwono ke-7 ketika batik diperbolehkan keluar dari tembok Keraton, menjadi lebih modern menjadi lebih kekinian," ungkap Gusti Dipo.

RAy Febri Hapsari yang juga pengurus Yayasan Ratna Busana yang bergerak di bidang pelestarian busana adat menyampaikan bahwa batik sudah mengalami perkembangan yang luar biasa, bila dulu hanya dijadikan kain busana, sekarang bisa menjadi apa saja seperti sprei, sarung bantal, tas dan sebagainya.

"Inovasi ini yang harus ditularkan sebagai semangat untuk bisa berwirausaha dengan batik. Dengan kegiatan P5 di SMPN 1 Surakarta ini kami dukung penuh upaya mengenalkan siswa pada batik untuk dipahami dan dicintai," kata Febri.

Nampak siswa kelas 7 antusias mendengarkan materi yang disampaikan para tokoh Nara sumber. Bahkan ada sejumlah siswa yang cukup kritis menanyakan tentang larangan motif keraton dan apa hukumannya bila dilanggar.

Usai mendapatkan materi dan teori, siswa kelas 7 juga akan diajak praktek membuat pola batik tulis dan batik jumputan. Kemudian hasil tersebut akan dipamerkan dalam sebuah projek pameran dan peragaan busana Spensa Batik Fashion.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS