RG ESDAL UNS Penyuluhan Budidaya Maggot di Mojolaban, Solusi Atasi Sampah Organik
SUKOHARJO (Soloaja.co) - Riset Grup Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (RG ESDAL) Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar penyuluhan tentang pengelolaan sampah organik melalui budidaya maggot di Desa Demakan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, pada Sabtu 24 Mei 2025.
Kegiatan ini menjadi langkah konkret dalam upaya mengatasi persoalan sampah sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kegiatan yang dihadiri oleh 60 warga, terdiri dari anggota bank sampah dan perangkat desa, ini bertujuan mendorong pemanfaatan sampah organik rumah tangga menjadi sumber penghasilan melalui budidaya larva lalat Black Soldier Fly atau maggot.
- BRI Dorong UMKM Perhiasan Mojokerto Tembus Pasar Internasional
- Semangat Anak Muda Jadi Prioritas, BRI Dukung Digelarnya Futsal League Series 3
Penyuluhan dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP., selaku ketua tim pengabdian masyarakat RG ESDAL UNS.
“Persoalan sampah organik tak hanya menimbulkan bau menyengat, namun juga menjadi masalah lingkungan yang mendesak untuk diatasi. Maggot hadir sebagai solusi alami yang efektif dalam mengurai sampah dan menghasilkan produk bernilai ekonomi,” jelas Prof. Joko.
Untuk memperkuat materi, kegiatan ini menghadirkan narasumber Bapak Hartanto, penggiat lingkungan asal Boyolali yang telah sukses mengembangkan budidaya maggot dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan.
Ia memaparkan berbagai peluang usaha yang dapat digarap dari budidaya maggot, mulai dari jasa pengelolaan sampah, penjualan maggot segar dan olahan, hingga produk turunan seperti kasgot (kotoran maggot) yang berfungsi sebagai pupuk organik.
- Satlantas Polres Sukoharjo Gelar Edukasi Tertib Lalu Lintas dan Coaching Clinic Uji SIM di SMKN 2 Sukoharjo
- BRI Gandeng PELNI, Kembangkan Ekosistem Maritim Lebih Berkelanjutan
Menurut Hartanto, dengan teknik yang tepat, maggot tidak hanya membantu mengurai sampah sebelum membusuk, namun juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan kosmetik, bahkan alternatif pangan.
“Maggot ini ibarat kapsul organik. Ia mengurai, memberi manfaat, dan membuka banyak peluang usaha,” ujarnya.
Penyuluhan ini tidak hanya memberikan wawasan praktis, namun juga memotivasi warga untuk mengembangkan skala usaha mereka agar berdampak nyata terhadap peningkatan ekonomi rumah tangga.
Kegiatan pengabdian ini menjadi wujud kontribusi nyata perguruan tinggi dalam mendorong ekonomi sirkular di tingkat komunitas, sekaligus sebagai upaya menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.