Rantara Art Exhibition 2025: Yogyakarta Panggung Kolaborasi Seniman Profesional dan Difabel
YOGYAKARTA (Soloaja.co) – Semangat inklusivitas dan kreativitas membanjiri jantung kota Yogyakarta saat Live Painting Rantara Art Exhibition 2025 digelar pada Sabtu, pekan lalu.
Acara ini berlangsung meriah di sepanjang kawasan Jogja Gallery, Titik Nol Kilometer, hingga Alun-Alun Utara Yogyakarta, mempertemukan seniman profesional dengan para pelukis difabel dari SLB se-DIY dalam sebuah kolaborasi seni yang penuh makna.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program MBKM Mandiri FSRD ISI Surakarta tahun 2025 dan menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian Rantara Art Exhibition 2025, sebuah pameran seni inklusif yang menampilkan karya-karya seniman difabel dan seniman profesional dari Yogyakarta, Jakarta, Pacitan, serta Jogja Gallery.
Lebih dari sekadar proses berkarya langsung di ruang publik, live painting ini berhasil menciptakan ruang pertemuan kreatif yang melampaui latar belakang, memperkuat rasa percaya diri, dan mendorong kesetaraan dalam dunia seni rupa.
- Kisah Sukses Supplier Ikan, Jadi Pemasok Program MBG Berkat Pembiayaan dari BRI
- Book Work Media Gelar Aksi Sosial: Bagikan Paket Sembako untuk Lansia dan Dhuafa di Klaten
Partisipasi dalam live painting ini sangat beragam, melibatkan seniman difabel, pelajar SLB, dan sejumlah seniman profesional yang berperan sebagai mentor dan kolaborator. Acara ini juga mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Yayasan Hanenda, Royal House, MBKM ISI Surakarta, Kraton Yogyakarta, serta dinas-dinas terkait yang turut memperkuat struktur pendampingan.
Kurator sekaligus dosen pembimbing, Yulianto, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh peserta. “Live painting ini luar biasa. Antusiasmenya tinggi, meski sempat hujan, semua tetap berteduh dan melanjutkan karya dengan semangat. Aura positif dan keyakinan itu sangat terasa. Ini bukan sekadar acara satu kali, semoga jadi langkah panjang ke depan,” ungkap Yulianto penuh harap.
Senada dengan itu, Firdaus Hanenda menekankan bahwa melukis adalah sarana ekspresi emosional yang sangat kuat bagi siapa saja, terutama seniman difabel.
“Melukis bisa menjadi terapi yang sangat berarti. Anak-anak difabel memiliki cara unik dalam menyalurkan emosi mereka. Seni rupa menjadi ruang penting untuk mengekspresikan dan menyeimbangkan perasaan mereka,” jelas Firdaus.
- Late Night Sale Anniversary Norma Aesthetic Clinic, Perkenalkan Inovasi Perawatan Kulit Berbasis Microbiome
- Klaster Tanaman Hias Binaan BRI, Solusi Ekonomi Warga di Tengah Tantangan
Seorang seniman sekaligus peserta, Ismanto W, turut menyampaikan kebahagiaannya. “Kami merasa sangat senang bisa live painting bersama di tempat publik seperti ini. Meski sempat gerimis, kebersamaan ini adalah kekuatan. Harapannya, pameran seperti ini bisa terus dilakukan di waktu dan tempat lain,” ujarnya.
Live painting yang berlangsung pada Sabtu, 5 Juli 2025 ini sengaja memilih lokasi yang strategis dan historis: Jogja Gallery, Alun-Alun Utara, hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, melainkan karena posisinya yang simbolis sebagai ruang pertemuan publik dan kedekatannya dengan denyut budaya kota.
Pameran ini membawa pesan kuat bahwa inklusivitas dalam seni bukanlah sekadar wacana, melainkan praktik nyata. Potensi seniman difabel tidak bisa terus disimpan dalam ruang simbolis; mereka membutuhkan akses, eksposur, dan peluang yang setara untuk berdaya dan diakui secara profesional.
Dengan pendekatan kurasi berbasis klaster yang mempertimbangkan ragam disabilitas dan teknik artistik, Rantara menghadirkan kompleksitas visual dari berbagai perspektif. Ini sekaligus menegaskan bahwa setiap individu memiliki bahasa visual yang pantas diapresiasi secara adil.
Rantara Art Exhibition bukan sekadar pameran lukisan semata, tetapi merupakan bagian dari sistem yang sedang dibangun, mencakup pendampingan, pelatihan, kurasi, dan jejaring profesional bagi seniman difabel. Tujuannya adalah agar karya-karya mereka dapat hadir di ruang seni nasional dan global secara berkelanjutan.
- AgenBRILink Sukses Jangkau Ribuan Desa, Inklusi Keuangan Terus Meningkat
- Fixch Experience Road to Java 2025: Edukasi, Inovasi, dan Kampanye Anti-KW untuk Kemajuan Voli Indonesia!
Live painting ini adalah awal dari sebuah gerakan yang lebih besar: menciptakan ekosistem seni rupa yang benar-benar terbuka, suportif, dan berkelanjutan. Sebuah ruang di mana seniman difabel tidak hanya tampil, tetapi juga tumbuh, diakui, dan dihargai sebagai pelaku seni yang utuh dan profesional.
Proses penyelenggaraan pameran ini juga merupakan hasil kolaborasi kolektif yang melibatkan delapan mahasiswa aktif program MBKM Mandiri FSRD ISI Surakarta. Mereka adalah Rio Aditya Rakhmadila (Prodi Fotografi), Ridwan Fadilah (Prodi Fotografi), Cicha Sherina (Prodi Desain Komunikasi Visual).
Sheima Syahrani (Prodi Desain Komunikasi Visual), Lu’lu’ul Maknun (Prodi Seni Murni), Intan Kurnia (Prodi Desain Mode Batik), Laviana Putri Pratiwi (Prodi Desain Mode Batik), dan Muhammad Diky Alfaruq (Prodi Film dan Televisi).
Mereka secara aktif terlibat dalam berbagai aspek kegiatan, mulai dari dokumentasi, desain komunikasi visual, manajemen konten, hingga penguatan narasi inklusif dalam penyelenggaraan pameran ini, membuktikan komitmen generasi muda terhadap seni yang inklusif.