Patjarmerah Solo Simpul Kolaborasi dan Gotong Royong Literasi

Kusumawati - Kamis, 22 Juni 2023 21:57 WIB
Salah satu acara dalam patjarmerah yang siap digelar di Ndalem Djojokusuman Solo pada 7 Juli 2023 (Soloaja)

SOLO (Soloaja.co) - Kabar tumbangannya satu per satu toko buku besar di Indonesia memunculkan sejumlah asumsi terkait perkembangan literasi di Indonesia. Tuduhan bahwa minat literasi Indonesia rendah kembali dilontarkan, bersamaan dengan persaingan buku cetak dengan buku elektronik, dan juga pembajakan yang tak kunjung berhasil diatasi.

Pada saat kabar itu terdengar dan menjadi pembahasan panas di media sosial, patjarmerah, Pasar Buku dan Festival Kecil Literasi Keliling Nusantara justru mengumumkan mereka akan bergerak menuju Solo. Toko buku mereka pun buka di Pos Bloc Jakarta dan Fabriek Bloc Padang. Mengapa pada saat toko buku-toko buku besar banyak yang gulung tikar, patjarmerah justru tetap bisa berkeliling dan berkembang?

“Karena kami dirawat oleh semangat kolaborasi dan gotong royong literasi,” kata Windy Ariestanty, pendiri dan penggagas patjarmerah.

Kesadaran bahwa buku harus dipercakapkan dan harus menciptakan ruang interaksi inklusif adalah salah satu alasan yang mendorong kelahiran patjarmerah. “Kami masih berpegang pada semangat itu. Itu juga masih menjadi DNA kami.”

Kolaborasi dan gotong royong membuat apa-apa yang terasa tidak mungkin menjadi mungkin untuk diwujudkan. Membuat pasar buku dan festival secara berkeliling untuk mendekatkan akses literasi membutuhkan banyak pertaruhan.

Beruntungnya, di setiap tempat kami selalu mendapati kawan-kawan yangpunya semangat sama, di Solo salah satunya.Solo adalah punya rekam jejak yang panjang, tidak hanya dalam dunia pergerakan, tetapi juga literasi.

Di mata Akhmad Ramdhon, dosen Universitas Sebelas Maret dan juga pegiat literasi Solo, jejak panjang literasi yang membentuk Solo adalah hasil perpaduan keberadaan tradisi Kasunanan dan Mangkunegaran.

Kesadaran akan pentingnya kekuatan literasi ini juga turut membingkai perubahan dan modernisasi kota, salah satunya lewat pers lokal. Patahan kondisi masa lalu dan masa depan ini jugalah yang menjadi kerja-kerja strategis warga kota: pemerintah, pendidikan, dan komunitas.

“Rekam jejak patjarmerah di tiap titiknya menunjukkan mereka punya kemampuan merangkul para tiang sanggah dari ekosistem literasi, mempertemukan mereka dalam satu arena serta berkolaborasi,” kata Ramdhon.

Keberadaan patjarmerah di Solo jadi terasa penting karena gerakan yang digawangi anak-anak muda ini bisa jadi pendorong, penggerak, juga pengingat bahwa sebuah tempat tanpa pondasi literasi akan kehilangan identitasnya.

Revitalisasi tradisi selalu dimulai dari literasi. Ini jugalah yang dilihat oleh Mufti Rahardjo, Sekretaris Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Dispersipda) Solo. Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Solo, sehingga mendukung patjarmerah Solo.

Sebagai salah satu kebutuhan dasar yang kodrati, kata Mufti, literasi membuat kita mendapatkan bagian dari pemenuhan jawabankognitif (cipta), afektif (rasa), dan psikomotoris (karsa). Bagi Mufti kehadiranpatjarmerah dengan segala portofolio dan beragam aktivitasnya memberi ruang yang segar bagi masyarakat Solo dan sekitarnya.

“Seharusnyalah literasi menjadi denyut dari setiap tempat. Dan itu harus diupayakan bersama-sama, beramai-ramai, bergotong royong.” ungkapnya.

Selain keterlibatan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Dispersipda) Solodan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solo, sejumlah penulis, penerbit, pegiat literasi, pekerja kreatif berbagai bidang, dan komunitas-komunitas kreatif di Solo juga turutterlibat.

Mereka berkolaborasi dengan penulis, pegiat literasi, pekerja kreatif berbagai bidang, dan komunitas dari luar Solo. Ada satu juta buku terbitan lebih dari 100 penerbitdi Indonesia, juga lebih dari 100 pembicara pilihan mengisi festival literasi patjarmerah di Solo.

“Selain ada Ratih Kumala, Joko Pinurbo, Reda Gaudiamo, Yusi Avianto Pareanom, Ivan Lanin, Martin Suryajaya, Felix K. Nessi, para penulis dan kawan-kawan Solo dari berbagai bidang kreatif pun hadir,” kata Ringgana Wandy Wiguna, salah saturelawan patjarmerah Solo yang bertugas di Divisi Komunikasi.

Ia menyebut nama Indah Darmastuti, Yudhi Herwibowo, Panji Sukma, Jungkat-Jungkit, Fanny Chotimah, dan lain-lain. Informasi lengkap terkait acara festival ini bisa dilihat di patjarmerah.com/solo.

patjarmerah Solo akan diadakan pada 1-9 Juli 2023 di Ndalem Djojokoesoeman, Gajahan, Pasar Kliwon, Solo. Bangunan ini adalah salah satu cagar budaya yang penting bagi Solo karena merupakan bagian dari sejarah perkembangan Kota Surakarta sebagai Kota Kerajaan Masa Mataram Islam.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS