Bahas Politik Asik, BRM Kusumo dan Akademisi Yoto Widodo Menakar Pilkada Solo

Kusumawati - Kamis, 25 April 2024 22:52 WIB
Dr BRM Kusumo Putro bakal calon wakil walikota Solo (tengah) dan Dr Yoto Widodo akademisi Univet (kanan) bersama host Septando Hisaf (kiri) dalam acara Politik Asik (Soloaja.co)

SOLO (Soloaja.co) - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Solo makin diperbincangkan masyarakat. Sejauh ini baru bakal calon dari PDIP yang unjuk gigi, namun tidak menutup kemungkinan Partai lain sudah menyiapkan calon pemimpin kota Solo.

Yoto Widodo, Seorang akademisi yang juga menjabat dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Univet Bantara Sukoharjo, mengatakan peta pilkada tahun ini tidak bisa diprediksi dengan mudah, pasalnya tidak ada tokoh menonjol.

"Pilkada nanti tidak bisa diprediksi, jadi siapapun bisa berpeluang. Masyarakat akan melihat ketokohan dan sejauh mana pergerakan politik," ungkap Yoto, saat menjadi nara sumber dalam taping acara Politik Asik di salah satu stasiun TV kota Solo, Kamis 25 April 2024.

Disampaikan Yoto, memang dari segi aturan hanya PDIP yang memiliki peluang besar karena bisa mencalonkan walikota tanpa harus berkoalisi, namun fakta yang muncul saat Pemilu kemarin juga sangat mempengaruhi.

"Kemenangan Prabowo Gibran sedikit banyak akan berpengaruh apalagi Gibran berada di barisan bukan PDIP, jadi harus dipertimbangkan suara partai lain seperti Gerindra dan lainnya," imbuhnya.

Yoto menyoroti restu politik masih akan kuat, dalam hal ini rekomendasi yang artinya kedekatan calon dengan partai sangat menjadi pertimbangan, selain elektabilitas, moral, dan ketokohan.

"Karena walikota sebagai pimpinan yang bertujuan untuk mengabdi pada masyarakat bukan untuk kepentingan sesaat," tegas Yoto.

Selain Yoto Widodo, acara yang dipandu Host Septando Hisaf juga menghadirkan Dr BRM Kusumo Putro SH MH, seorang tokoh kota Solo yang maju mendaftar sebagai bakal calon wakil walikota melalui PDIP.

Secara diplomatis, pengacara yang sudah menjadi kader PDIP selama 20 tahun ini mengaku nekat maju pilkada solo berangkat dari keprihatinan masalah sosial yang masih ada di kota Solo.

"Kami masih melihat banyak masalah sosial yang belum selesai di Kota Solo, seperti angka kemiskinan tinggi. Selian itu kami ingin mengembalikan kota solo sebagai The Spirit of Java, sebagai kota budaya yang menjaga kekhasan Indonesia yang kaya budaya," ungkap Kusumo yang mengawali terjun ke PDIP dari Satgas.

Kusumo yang juga dikenal sebagai tokoh budaya ini tentu saja mengambil sejumlah filosofi budaya dalam visi misinya membangun kota Solo.

"Sebagai langkah keseriusan kami sebagai calon pemimpin kota Solo, mengawali dengan simbol simbol budaya saat kami mengembalikan formulir nanti. Harapan dan pesan moral kami agar masyarakat bangga menjadi warga Solo yang berbudaya," kata Kusumo.

Secara lugas Kusumo memaparkan saat mengembalikan formulir pendaftaran di DPC PDIP ia akan membawa simbol budaya. Seperti dua tokoh wayang yakni Bima yang digambarkan sebagai tokoh yang tegas, memiliki kekuatan melindungi keadilan dan kebenaran, pemberani dan sabdo pandita ratu. Juga tokoh Kresna yang menjadi simbol kewibawaan, kebijaksanaan, kejujuran konsistensi, menghargai, adaptif dan menjadi panutan.

Lalu diiringi rombongan pendukung yang terdiri barisan dengan lantunan ayat Al Qur'an sebagai janji pada Tuhan agar saat mendapatkan amanah bisa menjalankan dengan baik dan berkah.

Diikuti juga barisan warok, prajurit bregodo, penari sanggar budaya, dan berbagai macam lintas komunitas, yang diartikan dukungan budaya dan masyarakat.

"Ini menjadi momentum awal pemilihan pemimpin kota Solo. Siapapun yang nanti akan terpilih sebagai pemimpin kota solo harus menjaga budaya, toleransi dan memakmurkan kota Solo yang majemuk." Tegas Kusumo.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS