Pertumbuhan Ekonomi Jateng Triwulan III Capai 5,37 Persen

Kusumawati - Sabtu, 27 Desember 2025 22:48 WIB
Akademisi dan praktisi ekonomi soal pertumbuhan ekonomi di Jateng (Soloaja)

SEMARANG (Soloaja.co) – Kinerja Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi sepanjang tahun 2025 menuai respons positif dari kalangan akademisi. Berbagai indikator makroekonomi Jawa Tengah (Jateng) dilaporkan mencatatkan capaian yang lebih baik dibandingkan rata-rata nasional.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Firmansyah, menilai arah kebijakan ekonomi Pemprov Jateng sudah berada pada jalur yang tepat, meskipun belum genap satu tahun menjabat.

“Bagus. Terbukti pertumbuhan ekonominya tinggi,” kata Prof Firmansyah usai kegiatan Outlook 2026 di Kota Semarang, Sabtu (27/12/2025).

Indikator Makro Meningkat

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III 2025 mencapai 5,37 persen secara year on year. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5,04 persen, dan juga meningkat dari semester I 2025 yang tercatat 5,13 persen.

Capaian positif juga terlihat pada penurunan tingkat kemiskinan. Data BPS mencatat persentase penduduk miskin di Jateng pada Maret 2025 berada di angka 9,48 persen, turun 0,10 persen dibandingkan September 2024 (9,58 persen).

“Kemiskinan sudah menurun. Memang tantangannya adalah bagaimana ini terus ditekan hingga ke target jangka panjang. Tapi secara umum sudah on the track,” ujar Firmansyah.

Investasi Padat Karya Serap Ratusan Ribu Tenaga Kerja

Di sektor investasi, kebijakan Gubernur Ahmad Luthfi yang mendorong masuknya investasi padat karya mendapat apresiasi. Pada triwulan III 2025, realisasi investasi di Jawa Tengah mencapai Rp66,13 triliun dan berhasil menyerap 326.462 tenaga kerja.

Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TPPD) Provinsi Jawa Tengah, Zulkifli, menambahkan bahwa realisasi investasi Jateng pada triwulan III 2025 mencatatkan serapan tenaga kerja tertinggi dibanding provinsi lain di Pulau Jawa, sejalan dengan target yang ditetapkan dalam RKPD Perubahan 2025.

Tantangan SDM dan Pendidikan Vokasi

Namun demikian, Prof Firmansyah dan Zulkifli sama-sama mengingatkan pentingnya penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk menjawab kebutuhan industri ke depan.
"Skill teknis sangat dibutuhkan. Vokasi menjadi kunci untuk menyambut investasi yang memerlukan tenaga terampil,” tegas Firmansyah, mendorong penguatan pendidikan SMK dan diploma.

Zulkifli menambahkan bahwa tantangan ke depan adalah menyiapkan high class industry dengan tenaga kerja yang mumpuni. “Penurunan kemiskinan tidak hanya soal orang bekerja, tetapi juga kualitas pekerjaan dan pengetahuan tenaga kerjanya. Ini menjadi PR besar Jawa Tengah,” tandasnya.

Pelaksana Tugas Kepala BPS Jawa Tengah, Endang Tri Wahyuningsih, menyimpulkan bahwa capaian pembangunan Jateng sepanjang 2025, mulai dari pertumbuhan ekonomi, penurunan kemiskinan dan pengangguran, hingga pengendalian inflasi, sudah berada pada jalur yang tepat.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS