Himpunan Ratna Busana Surakarta Rayakan Hari Berkebaya Nasional, Dorong Perempuan dan UMKM Maju
SOLO (Soloaja.co) - Himpunan Ratna Busana (HRB) Surakarta menggelar perayaan Hari Kebaya Nasional pada 26 Juli 2025. Acara yang dipusatkan di Solo ini sekaligus menjadi momentum untuk menggerakkan perekonomian lokal melalui pasar seni yang melibatkan puluhan pelaku UMKM.
Febri Hapsari Dipokusumo, salah satu tim perumus Hari Kebaya Nasional dan penulis buku Membumikan Busana Nusantara, menjelaskan bahwa perayaan ini merupakan yang kedua kalinya sejak penetapan Hari Kebaya Nasional melalui Keppres Nomor 19 Tahun 2023.
Ia menambahkan, HRB Surakarta menjadi salah satu dari 12 tim nasional yang turut mengusulkan penetapan tersebut.
"Harapan kami, dengan ditetapkannya Keppres Hari Kebaya Nasional, ekonomi juga turut menggeliat. Acara ini kami isi dengan 'Sore Berkebaya dan Pasar Seni UMKM' untuk menghidupkan kembali teman-teman UMKM," ujar Febri.

Pasar seni tersebut menampilkan berbagai produk karya perempuan, mulai dari kebaya, tas tenun, aksesori, hingga kain. Menurut Febri, hal ini merupakan bentuk dukungan sesama perempuan terhadap karya seni dan produk lokal.
Himpunan Ratna Busana, yang di Solo berusia 14 tahun, adalah sebuah organisasi perempuan yang mencintai busana dan budaya Nusantara.
Organisasi ini berkomitmen untuk tidak hanya mempopulerkan kebaya sebagai busana, tetapi juga sebagai cerminan jati diri dan perilaku perempuan Indonesia.
"Jika kita melihat perempuan berkimono, kita langsung tahu mereka dari Jepang. Perempuan bersari dari India, dan hanbok dari Korea. Dengan Hari Kebaya Nasional, kami ingin kebaya menjadi ciri khas dan jati diri perempuan Indonesia," tegasnya.
Acara perayaan ini juga diisi dengan edukasi mengenai ragam kebaya, seperti kebaya Kartini, kebaya kutu baru, kebaya labu dari Pekanbaru, hingga kebaya janggan atau bunglon yang kini populer.
Selain itu, hadir pula bintang tamu dari Komunitas Kebaya Noni Sulawesi Utara yang memperkenalkan jenis kebaya lain yang dipengaruhi budaya Belanda.
Sekitar 15 hingga 20 pelaku UMKM turut berpartisipasi dalam pasar seni ini, termasuk pengrajin yang tergabung dalam Samson Art Market. Hal ini menunjukkan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak untuk mengangkat citra kebaya dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Solo dan sekitarnya.