Dicky Sumarsono
Rabu, 19 Maret 2025 17:45 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi
SOLO (Soloaja.co) - Industri perhotelan di Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan dari dampak low season serta kebijakan pengetatan anggaran pemerintah atau dikenal dengan efisiensi. Namun, sejumlah pelaku industri, termasuk jaringan Azana Hotels & Resorts, tetap optimis dengan melakukan berbagai strategi untuk mempertahankan bisnis dan bahkan memperluas pasar.
Menurut CEO Azana Hotels & Resorts Dicky Sumarsono, tren low season di bulan Januari dan Februari sudah menjadi siklus tahunan dalam bisnis perhotelan. Ditambah dengan bulan Maret yang bertepatan dengan bulan Ramadan, permintaan pasar hotel semakin menurun. Meski begitu, penurunan ini lebih disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat dibandingkan dampak langsung dari kebijakan pengetatan anggaran pemerintah.
"Pengetatan anggaran pemerintah memang berdampak, tetapi tidak signifikan bagi hotel yang memiliki diversifikasi market yang kuat. Justru, hotel-hotel yang terlalu bergantung pada segmen government akan lebih merasakan dampaknya," ujar Dicky Sumarsono, pada awak media beberapa waktu lalu.
Sebagai contoh, beberapa hotel di Bogor yang mayoritas mengandalkan pasar Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) dari pemerintah mengalami penurunan drastis. Sebaliknya, hotel-hotel dengan segmentasi pasar yang lebih beragam masih dapat bertahan dan bahkan berkembang.
Di tengah penurunan pasar MICE dari pemerintah, segmen leisure market justru mengalami peningkatan signifikan. Berdasarkan data statistik, terjadi lonjakan 50% dalam permintaan hotel dari pasar leisure dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, pasar corporate dan BUMN juga masih memiliki potensi besar. Hanya saja, pencairan anggaran mereka biasanya baru aktif setelah bulan Ramadan. Oleh karena itu, tren pemulihan industri hotel diprediksi akan terjadi mulai Mei hingga kuartal kedua tahun ini.
"Kami yakin bulan Mei akan kembali normal karena sudah ada banyak bookingan masuk untuk Mei, Juni, dan seterusnya. Jika dampak kebijakan benar-benar besar, seharusnya bookingan untuk bulan tersebut juga sepi, tapi nyatanya tidak," tambahnya.
Untuk menghadapi kondisi ini, hotel-hotel di Indonesia dianjurkan untuk menerapkan empat strategi utama, yaitu:
Diversifikasi Market
Efisiensi Tanpa Mengorbankan Kualitas
Optimalisasi Digital dan Direct Booking
Pemanfaatan Ruang untuk Co-Working dan Event
Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, Azana Hotels & Resorts justru terus melakukan ekspansi besar-besaran. Saat ini, 18 hotel baru sedang dalam tahap pembangunan di berbagai kota, termasuk Timika, Lampung, dan Bandung, serta rencana ekspansi ke luar negeri.
Selain itu, ada 6 proyek groundbreaking yang sedang berjalan di Lamongan, Jepara, Ciwidey, Ijen, Bandung, dan Solo.
"Momentum pertumbuhan harus terus dijaga. Justru di saat banyak hotel yang takut dan menahan diri, inilah saatnya untuk mempersiapkan strategi jangka panjang yang lebih agresif," pungkasnya.
Dengan kombinasi strategi diversifikasi pasar, optimalisasi digital, serta efisiensi yang tetap menjaga nilai pelanggan, industri perhotelan di Indonesia diprediksi akan kembali bangkit di kuartal kedua tahun ini.
Bagikan
Dicky Sumarsono
4 hari yang lalu