Program One Village One Product, Kementan Dorong Pengembangan Olahan Sorgum

Kamis, 18 Agustus 2022 21:49 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

sorgum.jpeg
Sorgum atau cantel siap menjadi bahan makanan yang dikembangkan Kementan RI (humas kementan RI)

JAKARTA (Soloaja.co) - Guna mewujudkan One Village One Product (OVOP), Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan olahan sorgum. OVOP ini suatu pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

Pada tahun 1970, sorgum sudah mulai banyak dibudidayakan yakni sekitar 15 ribu hektar lahan sorgum yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Hampir seluruh bagian tanaman sorgum, seperti biji, tangkai biji, daun, batang dan akar, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, mulai menjadi makanan seperti sirup, gula, kerajinan tangan, pati, biomas, bioetanol dan tepung pengganti terigu dan lainnya.

“Daerah penghasil sorgum dengan pola pengusahaan tradisional terdapat di daerah Demak, Grobogan, Pati, Wonogiri, Gunung Kidul, Kulon Progo, Lamongan, Bojonegoro, Tuban dan Probolinggo. Tahun depan sudah kita alokasikan bantuan pengembangan untuk 5 ribu hektar. Ini bukti keseriusan kami mengembangkan sorgum,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, saat memberikan arahan dalam Webinar BTS Propaktani yang mengupas tentang pengembangan olahan sorgum, Jakarta, Kamis 18 Agustus 2022.

Penggiat Sorgum Bali, I Nengah Suparna mengatakan saat ini sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain.

"Program OVOP ini adalah peluang sorgum sangat tinggi jika dilihat dari permintaan pasar di beberapa Negara dan begitu banyak olahan makanan yang dapat diproduksi dengan baha baku sorgum," katanya.

Perwakilan KEHATI, Renata Puji menuturkan sorgum dipilih dalam program OVOP karena tanaman ini dapat hidup di lahan marginal dan memiliki gizi yang tinggi. Dalam perjalanan waktu, KEHATI telah melakukan penguatan kelompok perempuan dan anak muda dalam pengolahan sorgum.

“Di NTT sendiri ada beberapa jenis atau varietas yang tersebar seperti, super1, numbu, waiotan, kwali, suri4. Dari kesemuanya sudah terdapat produk turunan yang menjadi primadona pasar,” ungkap Puji.

Sorgum juga dikenal dengan nama Cantel atau gandrung, adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, cantel ini berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.

Tags:cantel