Petani Boyolali Kembangkan SRP: Dari Krisis Tanah Sakit Menuju Padi Berkah Berlipat

Rabu, 08 Oktober 2025 08:58 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1000895772.jpg
Pemantauan program SRP di Boyolali yang dikembangkan Rikolto dan KRKP (Soloaja.co)

BOYOLALI (Soloaja.co) - Sebuah revolusi hijau yang sunyi tengah bergulir di Boyolali. Jika selama ini petani dihadapkan pada biaya pupuk yang membengkak dan tanah yang sakit, kini optimisme kembali mekar berkat program Sustainable Rice Platform (SRP). Program ini tidak hanya berjanji meningkatkan hasil panen, tetapi juga menyehatkan bumi dan menaikkan nilai tawar petani di pasar.

Program SRP, yang digerakkan oleh Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) bersama Rikolto sebuah LSM yang berpusat di Belgia dengan konsetrasi pertanian, kini gencar membina petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Boyolali, fokus pendampingan diarahkan pada Koperasi Produsen Asosiasi Petani Organik Boyolali (APOB) dan Aliansi Petani Padi Organik Boyolali (APPOLI).

Menyembuhkan Tanah, Memprediksi Panen

Di Desa Pojok, Kecamatan Nogosari, semangat belajar terlihat di Sekolah Lapangan bersama Kelompok Tani (Poktan) Kridomulyo, Selasa (7/10). Petani di Desa Pojok merupakan angkatan baru SRP yang diharapkan menjadi ‘petani kunci’ untuk menularkan praktik baik ke seluruh desa.

Ratih Rahmawati, Koordinator Program Beras Rikolto, menjelaskan kunci utama SRP adalah penyehatan tanah dan rekomendasi pemupukan tepat dosis.

“Kebanyakan petani kita tidak tahu nih lahannya sebenarnya kondisinya sakit atau sehat. Itu yang menjadi fokus utama kami: menyehatkan tanah dulu,” ujar Ratih.

Pendekatan SRP juga memberikan manfaat ekonomi langsung. Dengan pengamatan berkala, petani kini bisa memprediksi hasil panen secara akurat. Tujuannya jelas, agar petani punya nilai tawar dan tidak mudah dibohongi tengkulak atau penebas.

Hasilnya mencengangkan. Berdasarkan perbandingan yang disampaikan warga, hasil panen SRP bisa mencapai satu setengah kali lipat lebih banyak dari panen petani umum. Peningkatan ini didorong oleh model tanam Jajar Legowo (Jarwo) dan pengelolaan tanah serta air yang lebih optimal.

Ekonomi Hijau Berbasis Komunitas

Di balik capaian produktivitas tersebut, Koperasi APOB dan APPOLI telah membuktikan diri mampu menjadi penopang ekonomi hijau. Murbowo dari Koperasi APOB menyebutkan, produk beras mereka didistribusikan hingga ke Jakarta, Semarang, dan Jogja dengan volume mencapai 20 ton per bulan.

“Saangat menguntungkan, Saat ini, sudah ada 942 petani yang bergabung dalam budidaya lokasi SRP, mencakup luasan lahan hingga 318 hektare.” Ungkap Murbowo. 

Pemkab Boyolali sangat mendukung program SRP yang terbukti meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus memperhatikan keberlangsungan lingkungan. 

Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Gunawan Andriyanta, melihat prospek yang sangat cerah. Meskipun penerapan SRP di Boyolali baru mencakup 2.000 hektare dari total 21.500 hektare, dampaknya sangat terasa.

“Prospeknya sangat baik. Dengan SRP, biaya produksi, khususnya untuk pupuk, dapat ditekan. Namun produktivitasnya bisa dipertahankan bahkan meningkat,” tegas Gunawan.

Program SRP di Boyolali ini menjadi inspirasi nyata bahwa bertani tidak harus mengorbankan bumi atau menenggelamkan petani dalam utang pupuk. Dengan ilmu dan pendampingan, petani bisa menciptakan masa depan pangan yang lebih sehat, lestari, dan tentu saja, lebih menguntungkan.