Orang Muda Solo Tantang Calon Walikota Membuat Kebijakan Kesehatan yang Melindungi Anak dari Rokok

Kamis, 25 Juli 2024 11:44 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

IMG-20240724-WA0046.jpg
Diskusi anak muda solo tema "Cegah Solo Jado Rungkad, Saatnya Buat Kebijakan Sehat" di Taman Cerdas Jebres Solo. (Soloaja.co)

SOLO (Soloaja.co) - Orang muda Solo dari sejumlah organisasi ikut berdiskusi membahas kebijakan publik bersama sejumlah tokoh, termasuk calon Walikota Solo.

Agenda ini digagas oleh Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC),
berkolaborasi dengan Yayasan KAKAK, Pemuda Penggerak, Generasi Anti Rokok, dan International Youth Tobacco Control (IYTC), diikuti sekitar 120 pemuda digelar di Taman Cerdas Soekarno-Hatta, Jebres, Surakarta, Rabu 24 Juli 2024.

Diskusi publik ini mengusung tema “Cegah Solo Jadi Rungkad: Saatnya Buat Kebijakan yang Sehat”. Isu utama yang diangkat dalam diskusi ini mengenai pengendalian konsumsi rokok.

Shoim Sahriyati, ketua Yayasan KAKAK dalam paparannya menjelaskan bahwa permasalahan rokok semakin mengkhawatirkan. Prevalensi perokok anak juga terus mengalami kenaikan.

“Beberapa diantaranya terkait dengan kawasan tanpa rokok serta iklan, promosi dan sponsorship rokok. Walaupun saat ini sudah ada kebijakan, tetapi masih banyak ditemukan pelanggaran, sehingga perlu diperkuat kembali, utamanya dalam memonitoring implementasi tersebut,” jelas Shoim.

Padahal dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, negara harus hadir dan menjamin perlindungan khusus terhadap anak, terutama dari bahaya zat adiktif termasuk rokok itu sendiri. Kota Solo punya target untuk mendapatkan predikat Kota Layak Anak Paripurna, namun
masih menghadapi tantangan.

"Kami berupaya melibatkan orang muda dalam perumusan kebijakan yang partisipatif dan bermakna. Isu kesehatan merupakan fokus utama kami dalam mengarusutamakan aspek sehat dalam setiap kebijakan publik, momentum Pilkada harus jadi momentumnya orang muda," kata Ketua Umum IYCTC, Manik Marganamahendra.

Menurut Manik, acara ini dirancang untuk menjembatani komunikasi antara pemangku kebijakan dan kaum muda, sehingga suara mereka dapat lebih didengarkan dalam merancang
kebijakan yang tidak hanya efektif tapi juga inklusif. 

“Kegiatan ini juga mengambil inisiatif dalam gerakan kolektif Save Our Surroundings (SOS) dengan tagar #LindungiKiniNanti. Gerakan dan
tagar ini memiliki makna untuk membangun kesadaran dan tindakan kolektif untuk berkomitmen menciptakan masyarakat dan masa depan kaum muda yang lebih baik, utamanya dalam melindungi anak dari bahaya rokok dan vape," ujar Manik.

Hadir pula perwakilan organisasi internasional, International Youth Tobacco Control (IYTC). IYTC merupakan non profit organisasi beroperasi di Amerika Serikat, memiliki mitra lebih dari 60 negara, dan dipimpin dan dijalankan oleh orang muda. 

“Dalam kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan praktik-praktik baik yang telah dilakukan selama di Amerika Serikat,
diantaranya kami melakukan edukasi, untuk memberikan gambaran bahaya rokok, untuk membentuk opini mereka bahwa perilaku merokok bukan perilaku yang dapat dibenarkan. Kami juga melakukan lobbying kepada legislatif, kami berhasil meloloskan kebijakan untuk
pelarangan peredaran rokok dengan rasa di California,” ujar Lisa Lu, Chief Executive Officer (CEO) IYTC.

Diskusi publik ini juga dilengkapi dengan penyampaian keresahan permasalahan rokok dan harapan peserta, yang langsung ditanggapi oleh Tulus Widjajat, Ketua Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Surakarta; Sugeng Riyanto, Wakil DPRD Kota Surakarta; dan Her Suprabu, Bakal Calon Walikota Surakarta.

Tulus menekankan bahwa pentingnya kebijakan untuk mencegah anak menjadi perokok, salah satunya dengan pelarangan reklame yang telah ada. Sugeng menambahkan bahwa publik harus memanfaatkan momentum pilkada, dengan mendorong dalam membuat perjanjian atau MoU kepada calon walikota yang berani menandatangani untuk mewujudkan Solo Layak Anak Paripurna 2025. 

Hal ini pun diamini oleh Her Suprabu, bahwa pelarangan iklan rokok tidak akan mengubah retribusi Kota Surakarta dan
setuju untuk mencari pemimpin yang tidak merokok dan mau mewujudkan Kota Surakarta dengan kebijakan yang lebih sehat.

Kegiatan ini ditutup oleh pelatihan sosial media dari Generasi Anti Rokok. Dwi Ardini Pratiwi, Program Manager Generasi Anti Rokok menyampaikan bahwa publik punya peran penting dalam advokasi mengenai permasalahan rokok melalui sosial media. 

“Utamanya orang-orang muda di sini yang memang menjadi target dari industri rokok, harus berani tegas dalam menolak, salah satu yang bisa dilakukan turut melaporkan iklan-iklan rokok di sosial media, baik dalam bentuk promosi yang dilakukan oleh influencer maupun iklan rokok lainnya,” jelas Ardini.