Kunjungan WHO–IRCH ke Industri Herbal Tegaskan Potensi Indonesia Jadi Pusat Obat Alami Dunia

Kamis, 27 November 2025 18:01 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1001077607.jpg
Presdir Bintang Toedjoe Fanny Kurniati (kiri) saat menerima kunjungan dari WHO (Istimewa)

JAKARTA (Soloaja.co) – Indonesia, yang dikenal kaya akan keanekaragaman hayati, dinilai memiliki fondasi kuat untuk memimpin pengembangan obat herbal modern di kancah global. Pengetahuan lokal yang mendalam, dipadukan dengan riset ilmiah dan sistem tata kelola yang memadai, menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri pengobatan alami dunia.

Menurut dr. Inggrid Tania, Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Indonesia telah memiliki modal yang kuat.

“Ribuan tumbuhan sudah dimanfaatkan sejak zaman nenek moyang. Kita juga sudah punya farmakope herbal untuk standarisasi produk. Ini menunjukkan kita punya pengetahuan dan sistem yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” jelas dr. Inggrid dalam sebuah siniar di YouTube.

Salah satu herba unggulan yang semakin mendapat perhatian global adalah jahe merah. Bahan ini telah lama digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan vitalitas. Penelitian modern mengkonfirmasi manfaatnya, terutama kandungan gingerol, shogaol, dan zingerone yang bersifat antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, dan antidiabetes.

Standarisasi dan Ekosistem Terpadu Kunci Daya Saing

Meskipun industri herbal nasional tumbuh cepat, dr. Inggrid menyoroti tantangan utama, yaitu standarisasi. Ia menekankan bahwa produk herbal harus memenuhi tiga aspek penting: autentisitas, kemurnian, dan mutu, agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Selain itu, ia menekankan pentingnya ekosistem terintegrasi dari hulu ke hilir—mulai dari pembenihan, budidaya, pascapanen, ekstraksi, hingga riset dan produksi. Sistem ini vital untuk memastikan traceability bahan baku dan menjaga keberlanjutan (sustainability) industri.

“Mayoritas industri herbal di Indonesia belum memiliki ekosistem penuh. Ini yang perlu diperkuat agar daya saing global meningkat,” tambahnya.

Jahe Merah Jadi Benchmark Farmakope Internasional

Potensi Indonesia ini diperkuat dengan kunjungan tim WHO–International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (IRCH) ke fasilitas PT Bintang Toedjoe. Kunjungan ini berlangsung di tengah upaya WHO–IRCH menyusun farmakope herbal internasional, di mana Indonesia tahun ini menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan WHO–IRCH ke-16.

Dr. Inggrid menyatakan, kunjungan ke industri yang fokus mengembangkan jahe merah ini menjadi benchmark dan masukan penting untuk penyusunan farmakope internasional.
Fanny Kurniati, Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe, menegaskan komitmen perusahaannya terhadap standar nasional (CPOTB BPOM) dan internasional (ISO).

“Kami bangga jahe merah Indonesia diakui dunia. Dari kebun binaan sampai laboratorium berteknologi tinggi, semangat From Nature to Science selalu kami pegang untuk memastikan keamanan dan khasiat produk kami,” ujar Fanny.

Fanny menutup, kunjungan WHO–IRCH ini menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pusat riset dan produksi obat herbal berstandar global. “Dengan kekayaan hayati, tradisi pengobatan yang kuat, dan riset ilmiah yang terus berkembang, Indonesia siap menjadi pemain penting dalam pengembangan obat herbal dunia.”