Keren, Pameran Fotografi Tema Toxic Relationship Digelar di Galeri ISI Surakarta

Rabu, 29 Juni 2022 09:06 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

tugas akhir isi.jpeg
pameran foto tema toxic relationship di Galeri ISI Surakarta (soloaja)

SOLO (Soloaja.co) - Toxic relationship atau hubungan beracun adalah istilah yang menggambarkan hubungan tidak sehat dan berdampak buruk dari sisi fisik maupun mental. Hubungan beracun ini dapat terjadi pada sepasang kekasih, teman, bahkan keluarga.

Tema itu yang menjadi pilihan Maulida Nabila Yuni Windani, mahasiswi Jurusan Fotografi FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI Solo), dalam sebuah pameran fotografi. Sebanyak 15 foto yang merepresentasikan hubungan tidak sehat dipajang di Galeri ISI Surakarta, Selasa 28 Juni 2022.

“Pameran foto ini merupakan tugas akhir saya dengan judul Hubungan Asmara Toxic Relationship. Menceritakan pengalaman pribadi saya dalam hubungan toxic relationship di mana saya diperlakukan kasar oleh pasangan saya,” tutur Maulida di sela pameran.

Apa yang dialami Maulida selama menjalani hubungan tidak sehat dengan mantan pacarnya selama sekitar satu tahun pada 2018-2019 silam menimbulkan trauma fisik dan mental. Wanita ini mengalami tindakan kekerasan seperti dijambak, diinjak, dipukul, bahkan mengalami pelecehan seksual.

Sebenarnya, wanita 24 tahun ini sudah sadar ada yang tidak beres dari mantan pacarnya di awal-awal menjalin hubungan. Namun sulit keluar dari hubungan tersebut karena mantan pacarnya mengancam bahkan tidak segan melakukan tindakan kasar.

“Kalau saya ingin pergi, dia mengancam bahkan mau mukul, yang membuat saya susah untuk keluar dari toxic relationship saat itu,” kata Maulida.

Di antara belasan karya yang dipersiapkan selama setahun tersebut, salah satu self portrait yang menggambarkan tindakan kekerasan mantan pacar Maulida adalah karya foto berjudul “Stepped on”. Dalam foto tersebut memperlihatkan adegan ketika mantan pacar Maulida menginjak kepalanya.

Dampak yang dialami Maulida akibat hubungan tidak sehat tersebut di antaranya mengalami kecemasan berlebihan, sempat cuti kuliah selama setahun dan kembali ke kampung halamannya. Untuk keluar dari hubungan tidak sehat dan mengatasi trauma, ia mengaku dibantu oleh keluarganya.

“Aku selalu ingat sama teman-teman dan orang tua. Support yang baik itu memang penting banget. Jadi aku bisa melewati pasca kejadian itu dan berkarya lagi,” urai Maulida.

Selain sebagai tugas akhir, pameran fotografi tersebut menjadi cara speak up atau mengungkapkan apa yang dialaminya karena selama ini dipendam sendirian. Ternyata, Maulida menemukan ada banyak perempuan yang terjebak dalam toxic relationship namun takut untuk keluar darinya.

“Saya mau mengajak teman-teman yang mengalami toxic relationship untuk jangan memendam masalah sendiri. Karena bisa menyebabkan trauma bahkan mengalami segala macam mental illness,” ujar Maulida.

Maulida pun menyampaikan pesan tersebut melalui fotografi konseptual yakni bentuk pengekspresian diri dengan memasukkan unsur-unsur simbolis dan pemaknaan melalui fotografi. Ia mereka ulang adegan yang menggambarkan sisi gelap hubungan berpacaran berdasarkan pengalaman pribadi.

Maulida yakin, media fotografi sangat tepat untuk menggambarkan pengalaman toxic relationship yang ternyata sedang marak di kalangan remaja sekarang dan banyak yang tidak berani menyuarakan karena takut atau trauma.

“Semoga pengalaman pribadi yang dituangkan dalam bentuk karya fotografi ini dapat menginspirasi para korban untuk speak up dan melampiaskan apa yang dirasakan. Speak up itu penting kalau perlu ke psikiater untuk mendapatkan pertolongan,” pungkas Maulida.