Kelihatannya Sepele, Tapi 5 Kebiasaan Ini Bisa Bikin Dompet Boncos!

Kamis, 06 November 2025 17:41 WIB

Penulis:Redaksi Daerah

Editor:Redaksi Daerah

5 Kebiasaan Ini Diam-diam Bikin Dompet Anda Terkuras
5 Kebiasaan Ini Diam-diam Bikin Dompet Anda Terkuras

JAKARTA - Di tengah situasi ekonomi yang semakin sulit dan biaya hidup yang terus naik, banyak orang berusaha mencari berbagai cara untuk berhemat. Mulai dari mengurangi pengeluaran, berburu harga termurah, hingga menunda kebutuhan tertentu dianggap sebagai langkah bijak untuk menjaga kondisi finansial tetap stabil.

Namun, tidak semua cara yang terlihat “hemat” benar-benar membantu. Tanpa disadari, ada kebiasaan yang tampak cerdas secara finansial tapi justru membuat keuangan bocor perlahan, baik karena memakan waktu dan tenaga, maupun karena menimbulkan pengeluaran tambahan di masa depan.

Karena itu, penting untuk memahami bahwa berhemat bukan sekadar membelanjakan uang sesedikit mungkin, tetapi memastikan setiap rupiah yang keluar benar-benar memberi manfaat maksimal.

Dengan begitu, Anda dapat memilah mana kebiasaan yang benar-benar menguntungkan dan mana yang justru merugikan dalam jangka panjang. Dilansir dari laman New Trader U, Selasa, 5 November 2025, berikut lima kebiasaan “hemat” yang tampaknya masuk akal, tetapi sebenarnya bisa membuat keuangan semakin bocor.

Baca juga : Pilwalkot New York: Zohran Mamdani, Obama dan Kemenangan Gemilang

Kebiasaan Sepele yang Menguras Tabungan Anda

1. Berkeliling ke Banyak Toko demi Diskon Kecil

Mencari harga termurah memang menggoda, apalagi jika terpampang tulisan “Diskon Besar!” di etalase. Namun, sering kali biaya yang dikeluarkan untuk mengejar potongan harga justru lebih tinggi daripada nilai diskonnya.

Bayangkan seseorang yang menghabiskan dua jam waktu dan Rp50.000 untuk bensin hanya demi potongan harga Rp40.000. Hasil akhirnya? Bukannya hemat, justru tekor.

2. Terlalu Sibuk Mengejar Kupon dan Barang Gratis

Banyak orang bangga berhasil mengumpulkan kupon belanja atau cashback besar. Namun, jika kupon itu mendorong pembelian barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, maka sama saja dengan pemborosan terselubung.

Beberapa orang bahkan rela menghabiskan hingga 20 jam per minggu untuk berburu promo, waktu yang bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif. Hemat bukan berarti harus mendapatkan semua yang gratis. Kadang, yang benar-benar hemat adalah tahu kapan harus berhenti.

3. Menunda Perawatan demi “Menghemat”

Banyak yang berpikir, menunda perbaikan rumah, kendaraan, atau kesehatan bisa menghemat uang. Padahal, kebiasaan ini justru menimbulkan biaya yang lebih besar di kemudian hari.

Aturan praktisnya, sisihkan 2–6% dari pendapatan untuk biaya perawatan rutin. Perawatan kecil hari ini bisa mencegah kerusakan besar esok hari. Sama seperti tubuh, keuangan juga butuh “cek kesehatan” secara berkala agar tidak kolaps mendadak.

Baca juga : Tesla Ingin Musk Digaji Rp16.724 Triliun, akankah Pemegang Saham Setuju?

4. Terlalu PD Mengerjakan Semua Sendiri

Gairah DIY (do it yourself) memang menyenangkan, terutama saat ingin menghemat biaya jasa profesional., tpi tidak semua hal bisa dilakukan sendiri. Kesalahan kecil saat memperbaiki pipa atau kabel listrik, misalnya, bisa berujung kerusakan besar dan biaya berlipat.

DIY sebaiknya hanya dilakukan untuk hal-hal yang benar-benar dikuasai. Untuk urusan kompleks, seperti perbaikan rumah atau kendaraan, lebih aman dan efisien menyerahkannya pada ahlinya.

5. Menahan Semua Kesenangan Kecil

Banyak orang menafsirkan hidup hemat sebagai meniadakan semua bentuk kesenangan, tidak ngopi, tidak makan di luar, tidak berlibur. Namun, menekan diri secara berlebihan justru bisa menimbulkan stres dan memicu “balas dendam finansial” di kemudian hari.

Keseimbangan adalah kuncinya, fokuslah untuk berhemat pada pengeluaran besar seperti cicilan atau tagihan, tapi tetap beri ruang bagi kesenangan kecil agar hidup tetap terasa manusiawi. Menikmati secangkir kopi di kafe bukan dosa finansial, selama kamu tahu batasnya.

Pada akhirnya, hemat sejati bukan soal memangkas semua pengeluaran, melainkan tentang memilih mana yang bernilai dan mana yang tidak. Dengan memahami perbedaan antara “hemat cerdas” dan “hemat yang keliru”, kita bisa menjaga keuangan tetap sehat tanpa kehilangan kualitas hidup.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 05 Nov 2025 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 06 Nov 2025