Katolik
Rabu, 23 April 2025 21:30 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Wafatnya Paus Fransiskus di usia 88 tahun menandai titik bersejarah bagi Gereja Katolik Roma. Sebagai Paus pertama yang berasal dari Ordo Jesuit dan yang pertama berasal dari negara-negara Global Selatan, Fransiskus memimpin Gereja dengan semangat inklusivitas, kerendahan hati, dan berbagai reformasi besar.
Kepergiannya di kediamannya di Casa Santa Marta, setelah menjalani masa pemulihan akibat pneumonia ganda, mengakhiri masa kepausan selama 12 tahun yang membawa perubahan besar dan berdampak pada lebih dari 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Vatikan kini tengah mempersiapkan rangkaian upacara khidmat yang menyusul wafatnya seorang paus, termasuk pemakaman yang diperkirakan akan dilangsungkan dalam waktu sepekan serta masa berkabung selama sembilan hari yang dikenal sebagai novemdiales.
Dalam dua hingga tiga minggu ke depan, College of Cardinals akan memasuki Kapel Sistina untuk mengikuti konklaf kepausan yang tertutup, di mana mereka akan memilih Paus ke-267.
Seiring meningkatnya spekulasi, sejumlah kardinal ternama mulai muncul sebagai kandidat kuat penerus Fransiskus.
Paus berikutnya akan mewarisi gereja yang tengah menghadapi berbagai tantangan besar—pengaruh yang menurun di dunia Barat, pertumbuhan pesat di wilayah Global Selatan, serta perdebatan internal mengenai doktrin dan modernitas.
Dilansir dari India Today, berikut ini adalah daftar kardinal ternama yang berpotensi menggantikan Paus Fransiskus dalam memimpin Gereja Katolik:
Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina)
Kardinal Luis Antonio Tagle, yang berusia 67 tahun, dipandang sebagai salah satu kandidat terkuat dan saat ini menjadi favorit dengan peluang 3:1.
Sosok yang dipercaya dalam lingkaran dekat Paus Fransiskus ini telah menduduki sejumlah posisi penting, termasuk di Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Saat ini, ia menjabat sebagai pro-prefek untuk Seksi Evangelisasi Awal di Dikasteri untuk Evangelisasi.
Dikenal karena sikapnya yang lembut dan pandangannya yang progresif, Tagle pernah mengkritik bahasa keras yang selama ini digunakan Gereja terhadap kaum gay, umat Katolik yang bercerai, dan ibu yang belum menikah.
Jika terpilih, ia akan menjadi Paus pertama dari Asia, sebuah langkah bersejarah yang mencerminkan pergeseran demografis Gereja yang semakin besar di Filipina dan kawasan Asia Tenggara secara umum.
Kardinal Pietro Parolin (Italia)
Sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Kardinal Pietro Parolin termasuk salah satu kandidat dengan pengalaman paling matang.
Diplomat berusia 70 tahun asal Veneto ini dikenal sebagai sosok moderat dan telah memainkan peran penting dalam urusan geopolitik Vatikan, termasuk dalam negosiasi dengan China dan negara-negara di Timur Tengah.
Parolin banyak dipandang sebagai kandidat yang mewakili kesinambungan—kemungkinan besar akan melanjutkan semangat reformasi Paus Fransiskus sembari mengembalikan stabilitas kelembagaan.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, ia menekankan pentingnya perdamaian melalui saling menghormati dan mengingatkan bahaya “pemaksaan sepihak” yang mengabaikan hak-hak individu.
Kardinal Peter Turkson (Ghana)
Pada usia 76, Kardinal Peter Turkson dari Ghana mewakili perpaduan antara kesinambungan dan perubahan. Sebelumnya memimpin Dikasteri untuk Pengembangan Manusia Integral, ia dikenal lantang menyuarakan isu-isu seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan keadilan sosial.
Pemilihannya akan menjadikannya Paus Afrika pertama dalam lebih dari 1.500 tahun, sebuah langkah yang dianggap banyak pihak sudah sangat dinantikan mengingat pertumbuhan pesat agama Katolik di seluruh benua Afrika.
Pandangan global Turkson dan hubungannya yang lama dengan kepausan Fransiskus menempatkannya dengan peluang 5:1. Kepemimpinannya akan dipandang sebagai sebuah langkah kuat menuju Gereja yang lebih inklusif secara global.
Kardinal Peter Erdo (Hongaria)
Bagi mereka di dalam Gereja yang menginginkan kembalinya ajaran tradisional, Kardinal Peter Erdo dari Hongaria yang berusia 72 tahun merupakan kandidat kuat. Dengan peluang saat ini 6:1, Erdo dikenal karena konservatisme teologisnya dan penafsiran ketat terhadap hukum kanonik, terutama terkait pernikahan dan Ekaristi.
Sebagai seorang Marian yang taat dan mantan presiden Dewan Konferensi Para Uskup Eropa, Erdo menarik perhatian kalangan konservatif yang merasa reformasi Paus Fransiskus terlalu jauh. Namun, pernyataan kontroversialnya di masa lalu mengenai pengungsi dan migrasi dapat mempersulit pencalonannya.
Kardinal Angelo Scola (Italia)
Kardinal Angelo Scola, yang berusia 82 tahun, tetap menjadi kandidat papal yang lama dipertimbangkan. Sebagai mantan Uskup Agung Milan dan peraih tempat kedua dalam konklaf 2013 yang memilih Paus Fransiskus, Scola dipandang sebagai tokoh teologi yang berpengaruh dan seorang tradisionalis.
Meskipun usianya yang lanjut dapat menjadi kendala, pengalaman dan kepakarannya masih menarik bagi sejumlah kalangan dalam Gereja.
Kardinal Matteo Zuppi (Italia)
Salah satu bintang yang sedang naik di hierarki Katolik, Kardinal Matteo Zuppi dipandang sebagai seorang progresif yang sejalan dengan Paus Fransiskus. Pada usia 69 tahun, ia menjabat sebagai Presiden Konferensi Uskup Italia dan diangkat menjadi kardinal pada 2019.
Zuppi telah memainkan peran penting dalam misi diplomatik, termasuk upaya perdamaian di Ukraina dan pertemuan dengan Presiden AS, Joe Biden.
Ia juga dikenal karena pendekatannya yang inklusif terhadap isu-isu LGBTQ, dengan kontribusinya dalam sebuah buku yang mendukung perawatan pastoral yang lebih baik bagi komunitas LGBTQ. Keterlibatannya secara global dan sensitivitas pastoralnya bisa menjadikannya kandidat kompromi.
Kardinal Raymond Leo Burke (Amerika Serikat)
Kardinal Raymond Leo Burke, yang berusia 75 tahun, merupakan suara terkemuka dari penolakan konservatif dan telah lama menentang sikap liberal Paus Fransiskus terkait beberapa isu utama.
Sebagai pengkritik keras terhadap hubungan sesama jenis, aborsi, dan penerimaan komuni bagi umat Katolik yang bercerai, Burke populer di kalangan tradisionalis, tetapi tetap menjadi sosok yang kontroversial dalam Gereja secara luas.
Meskipun ia memiliki pengaruh yang terbatas di Vatikan, dukungan yang ia terima dari kalangan awam dan klerus konservatif masih bisa mempengaruhi dinamika politik dalam konklaf.
Dilansir dari BBC, Paus baru harus dipilih oleh pejabat tertinggi Gereja Katolik, yang dikenal sebagai College of Cardinals.
Semua anggota College of Cardinals adalah pria, yang diangkat langsung oleh Paus, dan biasanya mereka adalah uskup yang telah ditahbiskan.
Saat ini, terdapat 252 kardinal Katolik, 138 di antaranya berhak untuk memilih Paus baru.
Sisanya berusia lebih dari 80 tahun, yang berarti mereka tidak dapat ikut serta dalam pemilihan, meskipun mereka dapat berpartisipasi dalam debat mengenai siapa yang harus dipilih.
Pemilihan Paus baru mengikuti tradisi dan upacara Vatikan yang telah berusia berabad-abad. Setelah meninggalnya seorang Paus, tanggung jawab untuk memilih penerusnya jatuh pada College of Cardinals—khususnya mereka yang berusia di bawah 80 tahun.
Para kardinal pemilih ini berkumpul di Kapel Sistina, tempat mereka memberikan suara melalui serangkaian pemungutan suara yang dirahasiakan.
Untuk terpilih sebagai paus, seorang kandidat harus memperoleh mayoritas dua pertiga suara. Jika tidak ada yang mencapai ambang batas tersebut, pemungutan suara dilanjutkan pada putaran berikutnya, sering kali berlangsung selama beberapa hari karena proses musyawarah yang berlangsung di balik pintu kapel yang tertutup.
Di luar, dunia menyaksikan salah satu sinyal paling ikonik dari transisi kepausan: asap yang muncul dari cerobong kapel.
Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai dalam satu putaran, surat suara dibakar dengan cara yang menghasilkan asap hitam, menandakan bahwa konklaf masih berlanjut. Ketika paus baru akhirnya terpilih, asap putih muncul—sebuah sinyal kuno bahwa keputusan telah dibuat dan pemimpin baru Gereja Katolik akan segera diumumkan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 21 Apr 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 23 Apr 2025
Bagikan
Katolik
sehari yang lalu
Vatikan
sehari yang lalu