Inspirasi
Kamis, 16 Oktober 2025 09:26 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA — Cape Verde berhasil mencuri perhatian dunia setelah secara resmi memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2026. Ini menjadi pencapaian bersejarah, karena untuk pertama kalinya negara kepulauan kecil di Afrika Barat itu akan tampil di turnamen sepak bola paling bergengsi di dunia.
Tim berjuluk Tubaroes Azuis (Hiu Biru) tersebut mengamankan tiket ke Piala Dunia usai menjadi juara Grup D dalam kualifikasi zona Afrika. Dari total 10 laga, Cape Verde mencatat hasil impresif dengan 7 kemenangan, 2 kali imbang, dan hanya 1 kekalahan.
Dengan raihan 23 poin, Cape Verde berhasil mengungguli dua tim kuat yang sudah berpengalaman di Piala Dunia, yakni Kamerun dan Angola. Kamerun harus puas di posisi kedua dan masih berjuang lewat babak lanjutan, sementara Angola dipastikan gagal setelah finis di urutan keempat.
Capaian ini terasa luar biasa, mengingat Cape Verde sebelumnya jarang diperhitungkan di dunia sepak bola. Selama ini, dominasi di Afrika lebih banyak dipegang oleh negara-negara besar seperti Nigeria, Kamerun, Mesir, dan Maroko.
Secara ukuran wilayah, Cape Verde pun tidak besar. Cape Verde merupakan negara kepulauan dengan total luas 4.033 kilometer persegi dan hanya dihuni 527 ribu penduduk, dikutip dari Worldometers dan World Population Review. Jumlah tersebut hanya seperempat dari penduduk Kota Bekasi yakni 2,58 juta jiwa.
Meski luas wilayahnya kecil, Cape Verde menyimpan sejumlah potensi, terutama di bidang kelautan dan pariwisata. Data Bank Dunia menunjukkan perekonomian Cape Verde mengalami pemulihan yang menggembirakan pascapandemi COVID-19. Hal itu ditopang dengan pulihnya sektor wisata negara tersebut.
Namun, krisis itu juga mengungkap kerentanan struktural negara ini, mulai dari ketergantungan berlebihan pada sektor pariwisata, minimnya penyangga untuk menghadapi guncangan ekonomi, hingga risiko yang melekat pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dampak perubahan iklim semakin memperparah kondisi ini.
Laporan Pembaruan Ekonomi 2024 yang berjudul "Ekonomi Biru: Potensi Tersembunyi Perikanan dan Akuakultur di Cape Verde" menganalisis kondisi perekonomian tahun 2023 dan membuat proyeksi untuk 2024, sembari menawarkan opsi kebijakan untuk memperkuat fondasi ekonomi negara.
Pertumbuhan ekonomi Cape Verde melambat menjadi 5,1% pada 2023, meski ekspor, khususnya dari sektor pariwisata, telah kembali ke level pra-pandemi. Inflasi turun ke 3,7%, didorong oleh penurunan harga bahan bakar dan pangan.
Pariwisata masih menjadi motor utama pertumbuhan, diikuti kontribusi signifikan dari sektor transportasi dan administrasi publik. Sayangnya, tingkat kemiskinan masih lebih tinggi dibanding masa sebelum pandemi.
Upaya konsolidasi fiskal membuahkan hasil positif dengan defisit anggaran menyusut menjadi -0,3% dari PDB pada 2023. Namun, ketergantungan BUMN pada dukungan pemerintah tetap menimbulkan risiko fiskal yang besar. Utang publik turun ke 113,8% dari PDB, tetapi angka ini masih tergolong tinggi.
Proyeksi pertumbuhan PDB riil 2024 diperkirakan stabil di angka 4,7%, ditopang oleh reformasi struktural dan inflasi yang terus menurun. Namun, negara ini menghadapi sejumlah risiko: kenaikan harga komoditas, melemahnya permintaan eksternal di sektor pariwisata, lambatnya reformasi BUMN, serta ancaman bencana terkait perubahan iklim.
Ketergantungan berlebihan pada pariwisata membuat Cape Verde rentan terhadap guncangan eksternal, terutama di tengah ancaman perubahan iklim. Diperlukan reformasi mendesak untuk beralih ke aktivitas ekonomi yang lebih berkelanjutan dan tangguh, dalam hal ini, "ekonomi biru" menjadi fokus utama.
Sebagai negara kepulauan, Cape Verde memiliki peluang unik mengembangkan ekonomi biru melalui pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan. Sektor perikanan yang vital bagi ekonomi nasional saat ini menghadapi tantangan seperti penangkapan ikan berlebihan dan infrastruktur yang belum memadai.
Sementara itu, akuakultur dinilai menjanjikan namun membutuhkan investasi dan bantuan teknis. Untuk merealisasikan potensi penuh ekonomi biru, diperlukan pengelolaan sumber daya laut yang bertanggung jawab, investasi infrastruktur, tata kelola yang baik, dan penguatan kapasitas statistik. Hanya dengan perencanaan terpadu dan berkelanjutan,
Cape Verde dapat memanfaatkan peluang dari Zona Ekonomi Eksklusifnya yang luas dan memastikan masa depan ekonomi yang lebih sejahtera dan berketahanan.
Mengutip dari Trading Economics, Selasa, 14 Oktober 2025, sektor paling penting dalam ekonomi Cape Verde adalah layanan dan menyumbang 72% dari total PDB, yang terdiri dari administrasi publik (18%); real estat dan layanan lainnya (13%); perdagangan grosir dan eceran (12%); transportasi (11%) dan hotel dan restoran (7%).
Industri menyumbang 21% dengan konstruksi (9%) dan manufaktur, pertambangan, dan penambangan (8%). Pertanian dan perikanan menciptakan 7% dari kekayaan. Dalam hal pengeluaran, konsumsi rumah tangga adalah komponen utama PDB dan mencakup 66% dari penggunaan totalnya, diikuti pembentukan modal (36%) dan pengeluaran pemerintah (17%).
Ekspor barang dan jasa menyumbang 47% dari PDB, sementara impor menyumbang 67%, dengan mengurangi 20% dari total PDB.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Chrisna Chanis Cara pada 14 Oct 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 16 Okt 2025
Bagikan
Inspirasi
6 hari yang lalu