BI Solo
Sabtu, 09 Oktober 2021 11:29 WIB
Penulis:Kusumawati
Editor:Redaksi
SRAGEN (Soloaja.co) - Sebagai salah satu komoditi sumber tekanan inflasi, bawang merah mendapatkan perhatian khusus dalam program pengendalian inflasi Bank Indonesia melalui program klaster Volatile Foods.
Salah satu klaster bawang merah yang mendapatkan fasilitas pendampingan Bank Indonesia adalah Klaster Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Kabupaten Sragen.
Dijelaskan Kepala Bank Indonesia Solo, Nugroho Joko Prastowo, Program pendampingan terhadap klaster ABMI telah dilaksanakan sejak tahun 2018 dan dilakukan dari hulu ke hilir.
"Pendampingan meliputi peningkatan kapasitas SDM dan kualitas produksi, bantuan teknis, penguatan kelembagaan untuk korporasi melalui terbentuknya unit usaha, dan fasilitasi akses pembiayaan hingga perluasan akses pemasaran." Kata Nugroho Joko Prastowo, Saat panen raya bawang merah di Sragen, Jumat 8 Oktober 2021.
Bank Indonesia Solo juga memfasilitasi pengadaan sarana prasarana produksi melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). Pemberian PSBI ditujukan untuk pengembangan unit usaha produksi pupuk organik dan mewujudkan kemandirian bibit, serta mendorong budidaya bertani ramah lingkungan untuk efisiensi biaya produksi, meningkatkan produktivitas dan menjaga kelestarian lingkungan.
Selain itu, produk organik memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan relatif stabil sehingga meningkatkan keuntungan petani.
Untuk menerapkan hasil pelatihan perbaikan kesuburan tanah dengan optimalisasi fungsi mikroba tanah dan pembuatan pupuk ramah lingkungan pada bulan November 2020, Bank Indonesia Solo memfasilitasi demplot budidaya bawang merah tanpa bahan kimia ABMI Sragen.
Pada panen pertama bulan Januari 2021 dengan sistem Tani Jogo Bumi ini tercapai efisiensi biaya produksi hingga 20%, namun hasil produksi tetap. Hal ini disebabkan karena masih dalam tahap konversi lahan dari konvensional menjadi organik.
Sedangkan pada panen raya kedua dan ketiga pada Juli 2021 dan Oktober 202, sistem budidaya Jogo Bumi ini dikombinasikan dengan pemanfaatan rain shelter (kelambu). Dengan kombinasi ini terjadi peningkatan produksi cukup signifikan yaitu mencapai + 30%.
Meskipun dari sisi investasi pembelian kelambu cukup tinggi, tetapi jika dihitung umur pakai kelambu maka sistem pertanian Jogo Bumi ini masih terjadi peningkatan efisiensi biaya produksi sampai dengan + 10%.
Pada sisi hilir, Bank Indonesia Solo juga mendorong usaha pengolahan bawang merah paska panen. Seperti komoditas lainnya, komoditas pertanian yang mudah rusak memiliki nilai jual yang fluktuatif dan harga ditentukan oleh pasar. Dengan demikian petani menerima risiko tinggi dalam rantai pasokan sehingga sering merugi. Untuk mensiasatinya, selain efisiensi biaya produksi dan peningkatan produktivitas, pengolahan bawang merah paska panen menjadi alternatif solusi.
ABMI Sragen telah mengembangkan beberapa unit produksi olahan bawang goreng dan produk lainnya. Selain meningkatkan harga jual, pengolahan bawang merah ini meningkatkan daya simpan dan harapannya saat produksi komoditas bawang merah turun, permintaan bisa dipenuhi dari produk olahannya.
Pendampingan yang dilakukan oleh Bank Indonesia Solo diharapkan dapat menjadi percontohan dan direplikasi di tempat lain sehingga dapat mendorong peningkatan produksi bawang merah sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Dinas Pertanian Kabupaten Sragen menyambut baik upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan akan mereplikasi program ini melalui penyuluh pertanian.
"Pemkab Sragen mengapresiasi program dan bantuan Bank Indonesia Solo kepada kelompok tani di Sragen sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat." Kata Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan, Ir. Wikanto Joko Sutejo, mewakili Bupati Sragen.
Pada pertengahan tahun ini, Bank Indonesia Solo juga memulai pendampingan klaster cabai Gapoktan Guyub Rukun di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen. Pendampingan akan difokuskan pada penerapan teknologi sistem pertanian dan pendukung pengendalian inflasi cabai di Soloraya.
Bagikan