Bakdo Sapi ! Tradisi Syawalan Warga Lereng Merapi Boyolali

Senin, 07 April 2025 17:39 WIB

Penulis:Kusumawati

Editor:Redaksi

1000285330.jpg
Bakdo Sapi ! Tradisi Syawalan Warga Lereng Merapi Boyolali (soloaja.co)

BOYOLALI (Soloaja.co) Warga lereng timur Gunung Merapi di Boyolali punya cara unik merayakan Syawalan. Di H+7 Lebaran, mereka menggelar tradisi arak-arakan sapi keliling kampung, yang dikenal dengan sebutan bakdo sapi.

Tradisi khas ini digelar warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Senin (7/4/2025). Ratusan ternak, baik sapi maupun kambing, dikeluarkan dari kandang dan diarak keliling kampung oleh para pemiliknya.

Menariknya, sejumlah sapi tampil dengan hiasan kalung ketupat dan wangi-wangian. Bahkan beberapa diberi makan ketupat sebelum diarak.

“Tradisi ini sudah turun-temurun sejak zaman nenek moyang kami. Diselenggarakan setiap H+7 Lebaran sebagai bentuk syukur atas rezeki dari ternak dan hasil bumi,” kata Ketua RW 04 Desa Sruni, Jaman.

Acara dimulai dengan kenduri ketupat, di mana warga membawa ketupat dan lauk pauk untuk disantap bersama usai doa bersama. Warga dan pengunjung pun duduk lesehan menikmati hidangan secara kolektif.

Setelah itu, warga mengeluarkan ternaknya dan mulai berjalan mengelilingi desa. Gunungan hasil bumi dan ketupat turut memimpin arak-arakan, diikuti tarian tradisional dan ratusan ternak yang menyemarakkan suasana.

Ribuan warga dari berbagai daerah datang menyaksikan kemeriahan tradisi tahunan ini. Bupati Boyolali, Agus Irawan, bersama jajaran Forkopimcam Musuk juga hadir dan secara simbolis melepas arak-arakan dengan menyiram air bunga ke salah satu sapi.

“Tradisi ini luar biasa. Menjadi bagian dari kekayaan budaya lokal yang harus terus dijaga. Tahun depan, Pemkab Boyolali siap mendukung agar lebih meriah,” ujar Agus.

Usai arak-arakan, panggung hiburan digelar. Pemuda-pemudi setempat menampilkan tari tradisional, dilanjutkan dengan pertunjukan musik dangdut yang disambut antusias masyarakat.

Tradisi bakdo sapi bukan sekadar budaya, tetapi juga simbol rasa syukur, silaturahmi, dan penghormatan pada alam serta hasil ternak. Warga berharap kegiatan ini terus dilestarikan dan menjadi ikon budaya Kabupaten Boyolali.