generasi milenial
Senin, 20 Oktober 2025 20:09 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Dengan naiknya biaya hidup dan meningkatnya kesadaran terhadap krisis iklim, Generasi Z (Gen Z) kini mulai meninggalkan mode cepat (fast fashion) dan beralih ke gaya hidup fashion bekas atau second-hand.
Gen Z menjadi pelopor perubahan dalam dunia fashion dengan menempatkan keberlanjutan dan keaslian gaya pribadi di atas tren yang berubah cepat. Kegiatan thrifting pun berkembang menjadi simbol gerakan ini, menggabungkan nilai ramah lingkungan dengan kebebasan berekspresi.
Ketika isu keberlanjutan semakin menjadi sorotan utama industri fashion, muncul gelombang konsumen baru yang mendefinisikan ulang arti gaya. Bagi Gen Z, membeli pakaian bekas bukan sekadar tren, tetapi bentuk identitas dan dukungan terhadap bumi yang lebih lestari.
Dilansir dari goodwill.org, dengan kesadaran tinggi terhadap masalah yang ditimbulkan oleh mode cepat, generasi ini tidak hanya mencari pakaian yang unik, tetapi juga mempertimbangkan implikasi etis dari setiap pembelian.
Dengan memilih barang secondhand, Gen Z membuat keputusan yang selaras dengan nilai-nilai mereka, termasuk membangun budaya yang mengutamakan komunitas dan keberlanjutan dibanding tren yang cepat habis. Gen Z mendefinisikan ulang gaya melalui thrifting, dan kamu juga bisa mengikuti tren ini.
Dilansir dari Thrift World, berikut alasan Gen Z memilih thrifting:
Gen Z sangat menyadari dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh industri mode cepat (fast fashion). Industri ini dikenal boros dan memakan banyak sumber daya.
Belanja baju bekas (thrifting) menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan, karena memungkinkan pakaian didaur ulang dan digunakan kembali.
Hal ini mengurangi permintaan produksi baru, sekaligus menjaga sumber daya dan menekan jumlah sampah di tempat pembuangan akhir.
Dengan memilih barang secondhand, Gen Z turut membantu mengurangi dampak negatif fast fashion, seperti polusi dan penggunaan air yang berlebihan.
Toko pakaian bekas (thrift store) menyimpan banyak barang unik yang berbeda dari produk massal yang seragam. Gen Z menghargai keunikan dan kesempatan untuk mengekspresikan diri melalui pakaian yang khas.
Belanja thrift memungkinkan mereka menyusun lemari pakaian yang mencerminkan gaya pribadi, sering kali memadukan koleksi vintage dengan tren masa kini.
Belanja pakaian bekas ramah di kantong, sehingga menjadi pilihan menarik bagi generasi yang sering menghadapi keterbatasan finansial.
Baik sebagai pelajar maupun mereka yang baru memulai karier, Gen Z dapat menemukan pakaian stylish dan berkualitas tinggi dengan harga jauh lebih terjangkau dibandingkan produk baru.
Akses finansial ini memastikan bahwa fashion berkelanjutan bisa dinikmati semua orang, bukan hanya mereka yang mampu membeli merek ramah lingkungan kelas atas.
Banyak organisasi keagamaan dan lembaga amal juga membuka toko barang bekas untuk mendukung kegiatan dan tujuan mereka. Mereka memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyumbangkan barang yang tidak terpakai dan menjualnya dengan harga terjangkau.
Karena itu, banyak orang bersedia berbelanja di toko thrift, termasuk yang bersifat nirlaba, karena ingin ikut berkontribusi mendukung kampanye atau kegiatan sosial yang sejalan dengan nilai mereka.
Belanja barang bekas memberikan kesempatan bagi generasi muda yang kreatif untuk menemukan gaya mereka sendiri dengan memadupadankan pakaian.
Dengan modal yang minim, mereka juga dapat mengasah kreativitasnya dengan membuat kerajinan dari barang-barang yang bagi banyak orang mungkin dianggap tidak berguna.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 19 Oct 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 20 Okt 2025
Bagikan
generasi milenial
4 hari yang lalu