Yayasan Gema Salam Fasilitasi Eks Napiter Soloraya Nonbar Film Sayap Sayap Patah

Kusumawati - Sabtu, 03 September 2022 21:38 WIB
nonbar keluarga napiter nonbar Film Sayap Sayap Patah bersama Yayasan Gema Salam (soloaja)

SOLO (Soloaja.co) - Yayasan Gema Salam, sebagai Yayasan yang intens membina para Eks Narapidana Teroris, bersama Densus 88 mengajak sejumlah eks napiter dan keluarganya untuk menyaksikan film Film Sayap Sayap Patah yang mengangkat kisah kerusuhan berdarah di Mako Brimob pada tahun 2018 yang lalu.

"Acara ini kami gagas bersama Kadensus 88 Irjen Pol. Martinus Hukom, ada 9 eks napiter mitra kami bersama dengan keluarganya bisa menyaksikan film ini bersama sama. sedangkan Kepala Densus, yang sekiranya turut hadir sore ini mendadak ada tugas di Bali, sehingga beliau tidak bisa menyertai kita," kata Jack Harun Ketua Pengurus Yayasan Gema Salam, usai menyaksikan film di di XXI Solo Square, Sabtu 3 September 2022.

Diketahui 2 dari 9 orang eks Napiter yang ikut nobar, merupakan orang yang menjadi saksi mata saat kejadian kerusuhan di Mako Brimob yang menjadi latar film yang disutradarai Rudi Soedjarwo, yakni H. Sumarno yang juga merupakan Bendahara YGS dan Hasan Al Rosyid yang merupakan Sekretaris YGS.

Diakui film ini memang tidak seperti aslinya, hanya mengambil salah satu korban dari pihak petugas Densus yang menjadi Korban kerusuhan dari 5 korban yang ada, meski demikian film ini sangat bagus untuk mengedukasi masyarakat, khususnya tentang dedikasi seorang anggota Polisi yang mempertaruhkan segalanya saat bertugas, demi bangsa dan negara rela mempertaruhkan jiwa dan raganya.

"Setelah melihat film ini, Saya salut dan bangga dengan Polri, terutama detasemen khusus 88 yang sudah mewakafkan jiwa raganya untuk perdamaian Indonesia, Salut saya "Kata Jack Harun.

Sementara Hasan Al Rosyid, yang ada saat kejadian kerusuhan di Mako Brimob, mengatakan bahwa saudara-saudara kita yang terjebak menjadi anggota teroris itu tidak semua memiliki pemahaman sama, ada diantara mereka yang cuma ikut-ikutan, ada diantara mereka yang hanya terpaksa dan bahkan ada juga yang tidak tahu menahu, yang mana akhirnya disaat-saat tertentu hati nurani yang bicara.

Hasan yang saat kejadian kerusuhan di Mako Brimob saat itu tidak tahu menahu apa yang terjadi, dirinya saat itu membantu menyelamatkan seorang Polwan, walaupun akhirnya dipaksa oleh pihak perusuh untuk menghentikan pertolongan tersebut atau akan dianiaya, hingga saat itu tidak mampu berbuat apa-apa, kejadianya sangat kompleks, Kata Hasan.

"Film ini kalau mengangkat kisah nyata dari kejadian Kerusuhan Mako Brimob secara keseluruhan tentunya tidak baik, terutama bagi keluarga korban, meski demikian film ini sudah sangat baik, selain sedikit menggambarkan kisah nyata salah satu korban yang merupakan petugas Densus 88, kita juga dapat mengambil pelajaran baik dari film ini, khususnya mengenai Kesetiaan, dedikasi, pengorbanan dan juga sisi-sisi lain petugas kepolisian saat bertugas, khususnya dalam berinteraksi dengan terorisme" tambah Hasan.

"Saya berharap kerusuhan-kerusuhan baik yang dipicu oleh terorisme, atau kerusuhan apapun kita harus lebih waspada, dan mari kita Ciptakan Kasih Sayang antara Keluarga dan Masyarakat, Sebab Kasih Sayang adalah Pondasi Perdamaian. Perdamaian adalah Solusi dan Solusinya adalah Perdamaian." tandasnya.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS