Tonggak Baru di Boyolali, Rumah Aspirasi Tunanetra Pertama di Jawa Tengah Mulai Dibangun

Kusumawati - Selasa, 05 Agustus 2025 14:29 WIB
Peletakan batu pertama Rumah Aspirasi Tun netra di Musuk Boyolali (Soloaja)

BOYOLALI (Soloaja.co) - Kabupaten Boyolali kini memiliki tonggak sejarah baru dengan dimulainya pembangunan Rumah Aspirasi Tunanetra Indonesia.

Fasilitas ini menjadi yang pertama di Jawa Tengah dan diharapkan menjadi pusat pemberdayaan serta ruang harapan baru bagi para penyandang tunanetra.

Peletakan batu pertama dilakukan pada Senin (4/8/2025) malam, bertempat di kompleks Masjid Ash-Shirathalmustaqim, Dukuh Manggung, Desa Pagerjurang, Kecamatan Musuk.

Acara bersejarah ini dihadiri oleh Wakil Bupati Boyolali Dwi Fajar Nirwana, perwakilan Biro Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah Gunawan Sudharsono, serta jajaran Forkopimcam Musuk.

Yogi Madsuni, Ketua Umum Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI), menyambut positif pembangunan rumah ini. Ia menekankan pentingnya inklusivitas.

“Inklusi bukan sekadar tambahan, tapi adalah kebutuhan. Tunanetra Insyaallah mampu berkontribusi membangun desa, kecamatan, bahkan daerah dengan kemampuan mereka,” katanya.

Setiyono, pencetus dan pimpinan rumah aspirasi, menjelaskan bahwa fasilitas ini akan menjadi wadah untuk menampung gagasan sekaligus pusat pembelajaran Al-Qur'an braille.

“Saat ini baru sekitar 20 persen tunanetra di Indonesia yang bisa membaca Al-Qur'an. Kami ingin rumah ini menjadi tempat belajar dan berkumpul, tidak hanya bagi warga Boyolali, tetapi juga tunanetra dari Soloraya dan seluruh Jawa Tengah,” jelasnya.

Wakil Bupati Boyolali, Dwi Fajar Nirwana, menyampaikan kebanggaannya atas inisiatif ini. “Rumah Aspirasi Tunanetra ini semoga menjadi tempat untuk menyampaikan gagasan, mengembangkan potensi, dan menjadi solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi para tunanetra,” ujarnya.

Acara peletakan batu pertama juga dimeriahkan dengan Pengajian Kebangsaan bertema "Cinta Agama dan Tanah Air", yang menghadirkan tiga kyai ternama: Mbah Mimin, K.H Abdul Hamid Zuhri, dan KH. Yusuf Chudlori.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS