Solo Menari 24 Jam ISI Solo Sajikan ‘Skena Menari: Bersua, Bercengkerama, Berkelana’

Kusumawati - Sabtu, 27 April 2024 21:16 WIB
Konferensi pers ISI Solo Menari 24 Jam bersama Ketua Hari Tari Dunia ISI Solo, F. Hari Mulyatno, Dwi Rahmani, M. Hum (Ketua Jurusan Tari) dan Dr. Eko Supriyanto, M. FA. (Kaprodi Koreografi Inkuiri) (Soloaja.co)

SOLO (Soloaja.co) - Memperigati hari Tari Dunia, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo kembali menggelar 24 Jam Menari, yang akan digelar pada Senin (29/4) mulai pukul 06.00 WIB, hingga Selasa (30/4) pukul 06.00 wib.

Kali ini mengambil tema “Skena Menari: Bersua, Bercengkerama, Berkelana” dengan tiga agenda utama yaitu Skena Menari, Festival 24 Jam Menari, dan Penari 24 Jam.

Ketua Hari Tari Dunia ISI Solo, F. Hari Mulyatno mengatakan pagelaran kali ini melibatkan 131 komunitas/kelompok tari dari seluruh Indonesia dan 1 dari mancanegara dengan jumlah penari lebih dari 3000 orang.

"Ada 8 orang penari dari sejumlah kota di Indonesia yang akan menari selama 24 jam nonstop bersama tiga musisi yang akan bermusik selama 24 jam nonstop juga. Bila sesuai dengan skenario, akan ada seorang penari 24 jam yang akan mulai menari sejak turun dari Stasiun Solo Balapan dan berjalan ke Kampus ISI Solo di Kentingan." Ungkap Hari pada awak media di Lobby Teater Besar ISI Solo, Jumat 26 April 2024.

Bersama Dwi Rahmani, M. Hum (Ketua Jurusan Tari) dan Dr. Eko Supriyanto, M. FA. (Kaprodi Koreografi Inkuiri) disampaikan bahwa Perayaan 24 Jam Menari ISI Solo tahun ini akan menjadi istimewa karena selain ada festival 24 Jam Menari yang rutin digelar sejak 2007 silam juga akan ada 6 panggung skena yang bersua dan bercengkerama tentang Gendhon Legacy, Kid Dancing, Contemporer, International, Folk Dance, dan Disable Dancing.

Orasi Budaya akan disampaikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Republik Indonesia, Hilmar Farid, Ph. D, pada Senin (29/4) pagi seusai seremonial pembukaan oleh Rektor ISI Solo, Dr. I Nyoman Sukerna, S. Kar., M. Hum.

“Skena Menari adalah upaya kami sebagai akademisi untuk berpikir secara kritis, bagaimana melihat dinamika seni tari dan pertunjukan pada umumnya yang selalu diposisikan sebagai obyek, kami ingin membangun konstruksi, seni ada subyek,” imbuh Eko “pece” Supriyanto, yang juga seorang maestro tari Indonesia yang mendunia.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS