Solo Krisis Budaya, Pegiat Budaya Ingin Ada Gedung Kesenian
SOLO - Solo sebagai kota budaya sudah menjadi ikon Nusantara bahkan sampai ke mancanegara. Dimasa pandemi ini semua kegiatan seni rakyat banyak yang terpuruk. Banyak sanggar seni baik itu seni tari, lukis, teater maupun suara, tutup.
Sejumlah pihak melihat bila tidak diatasi dengan segera, maka Solo akan mengalami krisis budaya.
Seperti disampaikan BRM Kusumo Putro, ketua Forum Budaya Mataram, bahwa perlu ada gebrakan untuk menyelamatkan Solo yang diambang krisis budaya.
"Diakui semua mata tertuju pada penanganan Covid19, namun tidak ada salahnya kalau kita juga memikirkan hal lain, salah satunya seni budaya, kalau terlalu lama diabaikan akan berdampak buruk bagi Solo, yang kumandang (terkenal) sebagai kota budaya." Kata BRM Kusumo Putro, Selasa 8 September 2020.
Kusumo mengatakan, Solo selama ini dikenal memiliki beragam seni budaya sebagai identitas kota. Namun tidak dipungkiri kalau ternyata sentra sentra kesenian atau produksi seni tidak berada di wilayah kota Solo, tapi di kota sekitar Solo. Dan saat ini kota kota tersebut juga mulai mendeklarasikan sebagai kota budaya.
"Misalkam gamelan, diproduksi di Mojolaban Sukoharjo, Keris juga di Sukoharjo. Perajin kelengkapan pakaian wayang, beskap dan asesorisnya juga banyak di luar kota Solo. Dan mulai diklaim kota lain. Ini menjadi 'ancaman' dalam arti tersendiri bagi kota solo." Ungkap Kusumo.
Dicontohkan lagi, saat ini banyak ruang ruang kesenian yang hilang. Seperti Joglo Sriwedari, sanggar sanggar tari dan lukis.
"Dulu di Solo sedikitnya ada 35 sanggar tari yang tersebar di setiap kelurahan. Saat ini mungkin hanya ada 10 sanggar yang masih eksis. Ini sudah krisis yang mengkhawatirkan," imbuhnya.
Solusi yang dinilai tepat untuk menyelamatkan Solo dari krisis budaya adalah membuat gedung kesenian yang bisa menjadi icon kota Solo.
Dan juga munculnya aturan khusus tentang identitas kota Solo sebagai kota budaya.
"Kita bisa meniru Bali atau Jogja. Mereka eksis sebagai kota budaya karena ada identitas diri. Di Bali, Setiap masuk bandara, restoran, hotel, mall atau instansi, sudah terdengar gending Bali. Bentuk gedung juga ada aturan khusus yang bernuansa khas Bali. Ini bisa ditiru di Solo. Lebih bagus lagi kalau ada gedung kesenian khusus yang menjadi ruang utama kesenian warga kota Solo." Tandasnya.
Pada pimpinan kota Solo mendatang, Kusumo berharap bisa menyelamatkan Solo diambang krisis Budaya.
"Kalau perlu Solo diberikan otonomi khusus mengenai seni budaya." Tegasnya.
Kenapa seni budaya dianggap penting, tokoh pemuda yang juga pengacara ini menilai budaya menjadi salah satu unsur pemersatu bangsa, yang bisa menguatkan jati diri kebangsaan. Dan efeknya akan meminimalisir aksi intoleran yang mungkin berkembang di Solo.