Siapa Brian Yuliarto? Sosok Akademisi yang Diusulkan Jadi Mendiktisaintek

Redaksi Daerah - Kamis, 20 Februari 2025 09:16 WIB
Menguak Sosok Brian Yuliarto, Calon Mendiktisaintek dalam Reshuffle Kabinet Prabowo

JAKARTA - Isu reshuffle kabinet pemerintahan Prabowo Subianto semakin ramai diperbincangkan. Salah satu nama yang digadang-gadang sebagai calon Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) adalah Prof. Brian Yuliarto, seorang akademisi sekaligus peneliti terkemuka dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dengan rekam jejak yang mengesankan serta kontribusinya di bidang sains dan teknologi, Brian dianggap sebagai figur yang tepat untuk memimpin reformasi pendidikan tinggi dan inovasi teknologi di Indonesia, menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro.

Brian Yuliarto lahir di Jakarta pada 27 Juli 1975 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Ia menyelesaikan studi sarjananya di Teknik Fisika ITB dan meraih gelar pada tahun 1999.

Perjalanan akademiknya berlanjut ke jenjang magister dan doktoral di University of Tokyo, Jepang, dengan spesialisasi di bidang Quantum Engineering and System Science. Ia berhasil memperoleh gelar doktor pada tahun 2005.

Saat ini, Brian Yuliarto menjabat sebagai Guru Besar di Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB. Sebelumnya, ia pernah memegang berbagai posisi strategis, seperti Dekan FTI ITB (2020-2024), Visiting Professor di Tsukuba University (2021-sekarang), Kepala Research Center on Nanoscience and Nanotechnology ITB (2019-2020), dan Kepala Program Studi Teknik Fisika ITB (2016-2020).

Brian dikenal sebagai ahli nanoteknologi dengan fokus pada pengembangan sensor dan energi. Beberapa inovasi penting yang dihasilkannya antara lain sensor deteksi gas berbahaya dan polutan untuk memantau kualitas udara, alat diagnosis penyakit seperti kanker dan hepatitis berbasis nanoteknologi dan teknologi nanoporous untuk meningkatkan sensitivitas sensor.

Keahliannya dalam pengembangan teknologi, khususnya nanoteknologi, diharapkan dapat membawa terobosan baru dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan riset di Indonesia.

Selain itu, pengalamannya dalam memimpin berbagai lembaga penelitian dan akademik menunjukkan kemampuan manajerial yang mumpuni. Hal ini menjadi modal penting untuk mengelola kementerian yang memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan pendidikan dan inovasi teknologi.

Karya-karyanya tidak hanya berkontribusi pada kemajuan sains, tetapi juga memiliki aplikasi praktis yang dapat langsung dirasakan masyarakat.

Prestasi dan Penghargaan Brian Yuliarto

Prestasi Brian diakui secara nasional maupun internasional. Beberapa penghargaan yang berhasil diraihnya antara lain,

  • Habibie Prize 2024 untuk kontribusi luar biasa di bidang sains dan teknologi.
  • Masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientist versi Stanford University (2024).
  • Top 1 Indonesia Researcher dalam bidang Nanoscience & Nanotechnology (2023).
  • Peneliti Terbaik ITB (2021) dan Dosen Berprestasi ITB (2017).
  • Memiliki 326 publikasi terindeks Scopus dengan 5.506 sitasi dan h-index 43.

Daftar Publikasi Terkenal

Brian telah menerbitkan ratusan karya ilmiah, beberapa di antaranya menjadi rujukan penting di bidang nanoteknologi. Beberapa judul publikasinya yang terkenal antara lain:

  • Biosensor Plasmonik Berbasis Mesoporos Emas untuk Deteksi Penyakit Menular (2021)
  • Deteksi Covid-19 Berbasis Lspr dengan menggunakan Aptamer RNA (2021)
  • Fabrikasi Material Nano Berporositas Tinggi Untuk Aplikasi Biosensor (2021)
  • Pengembangan Sistem Biosensor Pendeteksi Dini Kanker (2020).
  • Development of Advanced Metal Oxide as Toxic Gas Sensor Using Surface Plasmon Resonance Technique (2020).

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 19 Feb 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 20 Feb 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS