Seminar Edukasi, tentang Problematika Generasi Muda, FORSITAMA Undang Mantan Preman Berbagi Kisah
SUKOHARJO (Soloaja.co) - FORSITAMA (Forum Silaturahmi Takmir Masjid dan Musholla) Desa Cemani bekerjasama dengan Pemerintah Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo menyelenggarakan kegiatan Seminar Edukasi, tentang Problematika Generasi Muda, Minggu 30 Oktober 2022.
Seminar yang bertemakan "Dampak Negatif Narkoba, Gadget/Game, Pornografi dan LGBT", berlokasi di Gedung Graha Sejahtera, Cemani, dihadiri oleh 300-an peserta dari berbagai kalangan, diantaranya Takmir Masjid Musholla, Pengurus Pengajian Putri, Pengurus RT dan RW, serta kalangan Pemuda dan Remaja.
- ESG Award: Raih Penghargaan dari TrenAsia, Sarana Menara (TOWR) Terapkan Bisnis Berkelanjutan
- Milad ke 64 UMS, Ki Bayu Aji Pamungkas Anom Suroto Pentaskan Wahyu Cakraningrat
“Acara diselenggarakan mengingat maraknya masalah-masalah yang muncul di kalangan pemuda, khususnya di era globalisasi dan sekaligus dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda.” kata Ketua FORSITAMA, Ustadz Habib Ngadiri.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Desa Cemani, Hadi Indrianto, S.T. dan keynote speaker acara oleh Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, SIK. M.PICT., M.Krim. Sedangkan pembicara seminar, hadir Agung Sugiarto, atau akrab di panggil Kak Sinyo Egie, dari Yayasan Peduli Sahabat, dan juga seorang konsultan, dan Sri Mulyana, atau yang akrab dipanggil Pakdhe Jabrik, dari Ekspreso (Eks Preman Solo).
- Telkomsel Gelar DG Con 2022, Festival Games Terbesar di Indonesia secara Hybrid
- Peringati Sumpah Pemuda di Kota Solo, Ganjar, RK, Gibran Kompak Berbagi Pengalaman Kepemimpinan di Y20 Solo
Kapolres Sukoharjo dalam sambutannya, memberikan apresiasi kepada FORSITAMA, sebuah lembaga masyarakat yang sangat peduli dengan kondisi masyarakat saat ini.
Pakdhe Jabrik yang juga pernah menjadi tahanan, menceritakan tentang pengalaman di penjara, dan kiat-kiat untuk dapat bertaubat serta istiqomah. Siapa sangka, ustadz yang dikenal dengan ceramah penuh makna yang disertai guyonan itu pernah mendekam di balik jeruji besi. Tak tanggung-tanggung, dia mengaku tujuh kali dibui.
“Tahun 1985 seharusnya saya masuk kuliah tapi saya justru masuk penjara pertama kali. Kuliah saya pindah di penjara, berbagai ilmu kejahatan saya peroleh. Hasilnya, setelah mencuri sepeda, karier melesat, saya dibui karena mencuri sepeda motor masih di usia belasan tahun,” ujar mantan preman insyaf ini.
- Rektor Unisri Prof Sutardi Lantik 465 Wisudawan, 253 Diantaranya Menyandang Cumlaude
- Ustad Wijayanto Bersama Mahasiswa UMS Membedah 'Remaja Antara Cinta dan Cita'
Sinyo Egie, Pendiri Yayasan Peduli Sahabat, menuturkan, “Awalnya di dunia ini hanya ada identitas heteroseksual yakni ketertarikan antara laki-laki dengan perempuan.” Kemudian, sejak tahun enam puluhan ada gerakan ‘Barat’ seperti liberalisme dan sekulerisme yang menyerukan pernikahan sesama jenis.
“Liberalisme dan sekulerisme sering memberi peluang masuknya LGBT karena memberi makna kebebasan,” jelasnya.
Panitia berharap dengan sharing dan diskusi ini, bisa memberi wawasan dan pengetahuan bagi generasi muda agar lebih hati hati dalam menghadapi globalisasi.