RS DKT Slamet Riyadi Solo Resmi Buka Layanan DSA Terapi Cuci Otak dr Terawan

Kusumawati - Minggu, 15 Agustus 2021 19:56 WIB
RST Slamet Riyadi Solo

SOLO (Soloaja.co) - Rumah Sakit TNI (RST) Slamet Riyadi atau dikenal RS DKT Solo, resmi membuka layanan metode pengobatan atau terapi DSA (Digital Subtraction Angiography) inovasi dr. Terawan Agus.

Launching layanan terapi DSA oleh Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Rudianto, dihadiri langsung dr. Terawan Agus, dan disaksikan Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakoso, Kepala DKK Provinsi, dan beberapa tamu undangan dengan protokol kesehatan yang ketat, pada Kamis 12 Agustus 2021.

Terapi DSA dr. Terawan ini sempat viral beberapa waktu lalu, dinilai kontroversial karena terapi cuci otak yang diklaim bisa menyembuhkan stroke tersebut dinilai sejumlah dokter yang tergabung dalam Pusat Perhimpunan dokter spesialis syaraf Indonesia (perdosis) memiliki masalah.

Terapi metode tersebut dikembangkan di RSPAD Gatot Subroto. Namun kini juga sudah bisa dilayani di RS DKT Solo.

"Ini layanan kedua setelah RSPAD Gatot Subroto, Ini alat canggih, tidak semua rumah sakit bisa mendapat alat ini. Ini biasa kita pergunakan untuk diagnostic terutama pada pembuluh darah. Alat DSA ini banyak tapi yang di inovasi oleh dr. Terawan dan dimodifikasi ini memang karyanya dr Terawan,” ujar kepala Rumah Sakit TK III Slamet Riyadi dr. Ardianto Pramono, Sp.Rad (K) RI.

Dokter Ardianto mengungkapkan selama ini terapi DSA hanya ada beberapa di Jakarta dan banyak pasien dari daerah yang harus menunggu lama untuk mendapat giliran pengobatan.

“Selama ini pasien harus ke Jakarta, Solo dipilih karena di tengah-tengah dan bisa mengcover area Jawa Tengah,” tambahnya.

Dokter Ardianto memaparkan DSA ini alat untuk mendiagnosa, melihat jalur pembuluh darah. Bila ditemukan masalah pada pembuluh darah bisa segera dibantu penanganan apa yang harus dilakukan.

“Paling tidak untuk mereferensikan. Misalnya kasus yang paling sering adalah stroke kita bisa bantu kalau terjadi sumbatan kita bisa hilangkan sumbatannya, kalau memang waktunya masih mencukupi. Juga berfungsi untuk dokter bedah mau operasi, misal tumornya besar, dengan DSA kita bisa untuk menutup aliran darahnya supaya pada saat operasi darahnya tidak terbuang banyak,” urai dr. Ardianto.

Juga untuk beberapa kasus terbaru, lanjut dr. Ardianto, misalnya ada pasien kanker yang tidak mau di operasi atau tidak mau dikemoterapi ada yg namanya memberikan obat kemo langsung ke tumornya.

“Untuk saat ini kami baru bisa melayani 3-5 pasien DSA dalam sehari. Kita lihat kedepannya kalau kamar dan sarana lain sudah siap kami bisa menambah kuota pasien,” tandas dr. Ardianto.

Sebagai pasien pertama terapi DSA dr Terawan, tokoh masyarakat Sumartono Hadinoto merasa tertarik mencoba metode DSA ini.

“DSA ini intervensi radiologi yang sangat membantu khususnya pada pasien yang punya gangguan pada saluran pembuluh darah yang menuju ke otak. Biasanya pasien-pasien stroke karena penyumbatan banyak yang berhasil dan sembuh dengan terapi DSA ini,” papar Sumartono, Minggu 15 Agustus 2021.

Sumartono menjelaskan meskipun tidak ada keluhan dirinya mendaftar untuk menjadi pasien dan mencoba terapi langsung dengan dr. Terawan.

“Jadi begitu masuk Solo, di RS DKT ada mesinnya dan diresmikan dan di trial oleh dr. Terawan saya mendaftar untuk menjadi pasien, meski tidak ada keluhan tapi setiap lansia biasanya ada sedikit gangguan-gangguan di pembuluh darah yang menuju ke otak atau lainnya, saya akukan DSA ini agar bila ada gangguan tersebut bisa diselesaikan dengan baik,” terang Sumartono.

Sumartono secara singkat menjelaskan sebelum melakukan metode DSA, pasien menjalani MRI untuk melihat gangguan di pembuluh darah, kemudian konsultasi dengan 5 dokter yakni dokter syaraf, paru, jantung, anestesi dan dokter penyakit dalam.

“Dengan adanya DSA kita bersyukur karena selama ini harus antri di Jakarta dan cukup panjang. Jadi bagi pasien yang mengalami stroke bisa konsultasi ke RS DKT apakah bisa diterapi. Inilah kesempatan untuk masyarakat Jateng kalau ingin terapi DSA bisa di RS DKT,” pungkas Sumartono.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS