Rikolto Sukses Dorong Beras Berkelanjutan di Boyolali dan Klaten: 4.300 Petani Beralih Metode SRP

Kusumawati - Senin, 06 Oktober 2025 22:47 WIB
Rikolto saat menerima kunjungan dari Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) di kantor Solo

SOLO (Soloaja.co) - Organisasi internasional asal Belgia, Rikolto, yang fokus pada pembangunan sistem pangan inklusif dan berkelanjutan, memaparkan progres signifikan program pertanian di Jawa Tengah. Melalui kantor cabang Solo, Rikolto kini membina lebih dari 4.300 petani di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menerapkan budidaya beras SRP (Sustainable Rice Platform).

Nana Suhartono, Programme Manager Rikolto Indonesia, menjelaskan bahwa organisasi tersebut telah menjalin kemitraan kuat dengan empat koperasi produsen di dua provinsi, yaitu:
* Asosiasi Petani Organik Boyolali (APOB) dan Aliansi Petani Padi Organik Boyolali (APPOLI) di Kabupaten Boyolali.
* Koperasi Tani Pangan Lestari (KTPL) di Kabupaten Klaten.
* Koperasi Produsen Amarta Padi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

"Sejak dimulai tahun 2019, saat ini kami telah membina 4.336 petani dengan luasan lahan mencapai 2.413 hektar," ungkap Nana saat menerima kunjungan dari Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Senin (06/10). Rikolto menargetkan bisa mencapai 6.000 petani agar kesadaran akan makanan organik, khususnya beras, semakin meluas sebagai kebutuhan untuk hidup sehat.

Transformasi Pertanian: Dari Demplot ke Sekolah Lapang

Rikolto mulai menerapkan model pertanian berkelanjutan SRP ini sejak 2023 melalui program demplot (demonstration plot) di tujuh petak sawah. Kini, di tahun 2025, program tersebut telah bergerak untuk mencakup seluruh desa mitra, berfokus pada pertanian berkelanjutan.

Salah satu kunci sukses program ini adalah kolaborasi dengan pemerintah daerah dan edukasi intensif kepada petani. Rikolto aktif berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Boyolali dan Klaten untuk mengembangkan penggunaan pupuk organik dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

"Kami mendapat tanggapan positif dari Pemkab untuk penggunaan pupuk organik," kata Nana.
Untuk memastikan penerapan model SRP berjalan efektif, Rikolto rutin mengadakan Sekolah Lapang di setiap musim tanam. Sekolah lapang ini bertujuan mengedukasi petani agar mampu menyelesaikan masalah yang muncul dalam musim pertanian secara mandiri, didukung oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL).

Tantangan dan Harapan Go-Organik

Meskipun progresnya positif, Rikolto mengakui adanya tantangan utama. "Kendala terbesar adalah pola pikir petani yang masih sulit untuk berubah menjadi organik karena banyak yang tergiur harga pasar (pupuk kimia)," jelas Nana.
Selain itu, koperasi mitra juga menghadapi keterbatasan modal untuk menyerap seluruh gabah dari petani, meskipun mereka berupaya semaksimal mungkin.

Rikolto, yang telah bekerja selama lebih dari 50 tahun dalam membangun sistem pangan inklusif, tidak hanya fokus pada beras. Di Indonesia, mereka juga memiliki program berkelanjutan untuk sektor kakao, kopi, dan inisiatif "Good Food for Cities" untuk mendorong konsumsi pangan sehat di kota-kota besar seperti Solo, Depok, dan Bandung.

Melalui kemitraan dan program-program ini, Rikolto berharap bisa memfasilitasi hubungan bisnis yang menguntungkan antara petani dan pasar, serta mewujudkan sistem pangan yang berkelanjutan di Indonesia.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS